Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Filosofi Wayang Kulit di Jawa beserta Makna yang Terkandung di Dalamnya
2 Juni 2024 21:09 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Wayang kulit menjadi salah satu jenis seni pertunjukan tradisional Indonesia yang begitu khas. Filosofi wayang kulit di Jawa dan makna yang terkandung di dalamnya yaitu budaya positif dari kisah yang dimainkan oleh lakon dalam pertunjukkan wayang.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Penelitian Seni Pertunjukan karya Ribut Basuki, pertunjukan wayang kulit umumnya di dalamnya melibatkan dalang yang merupakan seorang seniman yang memiliki tugas menggerakkan hingga menghidupkan tokoh-tokoh dalam pewayangan yang terbuat dari bahan dasar kulit sapi atau kerbau.
Seni pertunjukan ini umumnya juga diiringi dengan musik gamelan yang memberikan sentuhan latar suara khas kedaerahan yang kental. Pemain musik gamelan dalam pewayangan biasanya juga orang-orang yang mengerti dan menguasai seluk-beluk kisah pewayangan dan maknanya.
Filosofi Wayang Kulit di Jawa beserta Makna yang Terkandung di Dalamnya
Wayang kulit lebih populer dimainkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jawa Barat, lebih populer dengan Wayang Golek. Pertujukan wayang kulit memiliki filosofi masyarakat melihat wayang layaknya bercermin dalam kaca kehidupan yang bersih serta objektif. Istilah wayang sendiri memiliki arti bayang-bayang.
ADVERTISEMENT
Pertunjukan wayang kulit kerap kali membawakan kisah yang epik beserta legenda kedaerahan yang sarat akan pesan moral dan ajaran yang dapat diterapkan hingga jaman sekarang.
Wayang kulit tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi menjadi sarana yang menghibur dalam menyampaikan nilai-nilai sejarah, makna budaya hingga ajaran moral kepada masyarakat yang menjadi penontonnya.
Wayang kulit menjadi pertunjukan yang biasa diadakan pada berbagai upacara keagamaan, acara adat hingga perayaan budaya di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pertunjukan Wayang kulit sendiri biasanya memakan waktu yang lama tetapi durasinya dapat divariasikan. Durasi pertunjukan wayang kulit tergantung pada berbagai macam komponen di dalamnya, seperti gaya pertunjukan, cerita yang dipilih untuk dibawakan hingga tradisi setempat yang menetapkan biaya pementasan.
ADVERTISEMENT
Pementasan wayang kulit yang masih bersifat tradisional dan mengadaptasikan cerita epik dari Hindu, contohnya Ramayana atau Mahabharata dapat berlangsung selama beberapa hari lamanya karena banyak filosofi dan makna yang disampaikan.
Berbeda dengan wayang kulit yang lebih modern, dapat dipersingkat durasinya menjadi beberapa jam.
Untuk pecinta seni wayang, terutama yang masih bersifat tradisional dan kedaerahan, durasi yang panjang kerap kali dijadikan momen dan pengalaman untuk mempelajari filosofi dan makna dalam pewayangan.
Demikian penjelasan mengenai filosofi wayang kulit di Jawa beserta makna yang terkandung di dalamnya. (ARH)