Konten dari Pengguna

Filsafat Jiwa Ibnu Sina yang Memengaruhi Ilmu Pengetahuan

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
2 Juli 2024 23:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi filsafat jiwa ibnu sina. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi filsafat jiwa ibnu sina. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Filsafat jiwa Ibnu Sina merupakan bagian penting dari pemikiran filosofisnya dan memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan Islam serta Barat.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah pembahasan mengenai konsep teori filsafat jiwa Ibnu Sina yang menarik diketahui berdasar buku Antologi Filsafat Pendidikan Islam karya Gunawan, dkk.

Filsafat Jiwa Ibnu Sina

Ilustrasi filsafat jiwa ibnu sina. Foto: Pixabay
Ibnu Sina memiliki beberapa dalil atau argumen yang menunjukkan keberadaan jiwa. Argumen pertama adalah argumen psikofisik, kedua adalah argumen aku dan kesatuan fenomena psikologis, sedangkan argumen ketiga ialah argumen kontinuitas.
Menurut Ibnu Sina, jiwa adalah wujud materi yang terdapat di dalam tubuh. Kendati jiwa terdapat didalam tubuh, jiwa merupakan hal transpenden yang independen.
Kemudian Ibnu Sina membagi jiwa kedalam tiga jiwa. Masing-masing jiwa dikatakan memiliki daya tersendiri. Berikut adalah konsep pembagian jiwa dalam filsafat jiwa Ibnu Sina:
ADVERTISEMENT
Ibnu Sina mengadopsi teori emanasi, di mana jiwa berasal dari akal aktif (intellectus agens), yang merupakan salah satu emanasi dari Tuhan. Jiwa manusia, terutama jiwa rasional, berhubungan erat dengan akal aktif ini.
Ibnu Sina kemudian memperkenalkan eksperimen pemikiran yang dikenal sebagai orang terbang (flying man). Dalam eksperimen ini, ia membayangkan seseorang yang tercipta secara instan dalam keadaan mengambang di udara, tanpa sensor fisik yang berfungsi.
Meski tanpa pengalaman sensorik, orang tersebut masih memiliki kesadaran akan dirinya sendiri, menunjukkan bahwa jiwa memiliki kesadaran intrinsik yang tidak tergantung pada tubuh fisik.
Ibnu Sina juga berpendapat bahwa jiwa rasional adalah abadi. Setelah kematian, jiwa tidak hancur bersama tubuh tetapi terus ada dalam keadaan yang berbeda. Keabadian jiwa ini dihubungkan dengan kedekatan jiwa dengan Akal Aktif dan pengetahuan yang diperolehnya selama hidup.
ADVERTISEMENT
Ibnu Sina bahkan mencoba untuk mengintegrasikan pandangan filosofis dengan ajaran Islam. Ia percaya bahwa pengetahuan filosofis tentang jiwa dapat memperdalam pemahaman tentang ajaran agama dan memberikan penjelasan rasional tentang konsep-konsep keagamaan.
Filsafat jiwa Ibnu Sina ini tidak hanya mempengaruhi filsafat Islam, tetapi juga memberikan dampak besar pada filsafat Barat, terutama selama Abad Pertengahan dan Renaisans. (SP)