Gunung Tambora Meletus pada Tahun 1815 dan Sejarah Uniknya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
24 Juni 2023 23:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Gunung Tambora Meletus pada Tahun 1815. Sumber: Balazs Simon/pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Gunung Tambora Meletus pada Tahun 1815. Sumber: Balazs Simon/pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gunung Tambora meletus pada tahun 1815. Gunung ini berlokasi di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat kejadian, gemuruh letusan bahkan terdengar hingga Sumatra.
ADVERTISEMENT
Ledakan Gunung Tambora mengeluarkan hingga 140 miliar ton magma. Kala itu, letusan Gunung Tambora yang dahsyat juga mengakibatkan dunia menjadi gelap. Lalu, bagaimana sejarahnya? Simak penjelasan di bawah ini!

Sejarah Meletusnya Gunung Tambora

Ilustrasi: Gunung Tambora Meletus pada Tahun 1815. Sumber: Dio Hasbi Saniskoro/pexels.com
Wahyu Annisha dalam buku berjudul Gunung Meletus: Buku Pintar Mengenal Bencana Alam di Indonesia menjelaskan bahwa penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa sebelum Gunung Tambora meletus pada tahun 1815, gunung ini sudah meletus sebanyak 3 kali pada tahun 39.910 SM, 3.050 SM, serta 740 SM.
Berikut adalah beberapa sumber yang menjelaskan mengenai kejadian meletusnya Gunung Tambora pada tahun 1815:

1. Catatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda

Meletusnya Gunung Tambora pada tahun 1815 digambarkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, yaitu Thomas Stamford Raffles. Ia menjelaskan dalam memoarnya, The History of Java, bahwa letusan pertama Gunung Tambora terjadi pada 5 April 1815.
ADVERTISEMENT
Letusan tersebut terdengar hingga Batavia selama 15 menit dan berlangsung hingga esok harinya layaknya sebuah meriam. Kemudian, pada tanggal 10 April 1815, Gunung Tambora pun meletus dengan dahsyat.

2. Naskah Kuno Kerajaan Bima

Dalam naskah kuno Kerajaan Bima dengan judul Bo Sangaji Kai, disebutkan bahwa letusan Gunung Tambora terjadi di waktu subuh. Suara ledakannya begitu keras. Setelah terjadi letusan, matahari pun tidak terlihat. Sebab, abu vulkanik menutupi sinar matahari di langit.
Tiga hari kemudian, abu vulkanik mereda dan sinar matahari pun mulai terlihat. Sejak itu, diketahui bahwa seluruh rumah dan tanaman yang ada telah hancur akibat letusan tersebut.
Pada naskah tersebut juga disebutkan bahwa Gunung Tambora meletus pada pemerintahan Raja Tambora, yakni Abdul Gafur, serta Raja Pekat, yakni Muhammad.
ADVERTISEMENT
Bahkan, letusan Gunung Tambora telah mengubur peradaban kedua kerajaan yang berada di kaki Gunung Tambora tersebut, yakni Kerajaan Tambora dan Kerajaan Pekat, hingga hari ini.

3. Laporan Letnan Owen Philips

Letnan Owen Philips selaku utusan dari Raffles menyatakan bahwa Raja Sanggar termasuk saksi dari dahsyatnya letusan Gunung Tambora.
Philips menjelaskan ulang berita yang diberikan Raja Sanggar di mana sekitar pukul 7 malam pada 10 April 1815 muncul tiga bola api besar yang keluar dari Gunung Tambora. Bola api tersebut bergabung di udara dan menghadirkan ledakan yang dahsyat.

4. Hasil Analisis Para Ahli

Setelah dilakukan analisis oleh para ahli serta berdasarkan berbagai catatan saksi mata tersebut, letusan Gunung Tambora yang terjadi pada tahun 1815 merupakan letusan terbesar dalam catatan sejarah modern.
ADVERTISEMENT
Diketahui juga bahwa Gunung Tambora yang awalnya mempunyai tinggi 4.200 mdpl, kemudian berubah menjadi 2.700 mdpl setelah letusan terjadi. Muncul juga kaldera dengan diameter 6,2 km serta kedalaman 1.100 m.
Muntahan material vulkanik pun mencapai 150 km persegi. Seluruh puncak Gunung Tambora kemudian menjadi aliran lava yang menakutkan.

Dampak Meletusnya Gunung Tambora

Setelah Gunung Tambora meletus, abu vulkanik membumbung tinggi lebih dari 40 km dan menghalangi sinar matahari. Salah satu dampaknya adalah wilayah dengan radius sekitar 600 km dari puncak Gunung Tambora mengalami kegelapan.
Pada saat itu, muncul juga hujan abu di wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, serta Maluku. Akibat rotasi Bumi membuat abu Gunung Tambora menyebar dan memengaruhi iklim di Bumi. Suhu global sampai menurun 3 derajat Celsius.
ADVERTISEMENT
Masa-masa tersebut dikenal dengan sebutan The Year Without Summer atau tahun tanpa musim panas. Akhirnya, terjadi gagal panen yang mengakibatkan kelaparan, bahkan kematian.
Korban jiwa kala itu mencapai 71 ribu orang meninggal dunia. Sekitar 11 ribu sampai 12 ribu meninggal akibat erupsi, sementara sisanya meninggal karena penyakit dan kelaparan.
Demikianlah sejarah Gunung Tambora meletus pada tahun 1815 yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat! (Ek)