Konten dari Pengguna

Isi Prasasti Wurare untuk Penghormatan Raja Kertanegara

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
30 September 2024 22:17 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Isi Prasasti Wurare, Pixabay/Vika_Glitter
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Isi Prasasti Wurare, Pixabay/Vika_Glitter
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Isi Prasasti Wurare mencakup informasi tentang raja, peristiwa penting, dan penegasan tentang kekuasaan serta wilayah kekuasaan. Selain itu, prasasti ini juga menyoroti aspek-aspek sosial dan budaya pada masa itu.
ADVERTISEMENT
Prasasti Wurare berisi peringatan penobatan arca Mahaksobhaya di wilayah Wurare, karena itu prasati ini disebut dengan prasasti Wurare. Arca ini sebagai penghormatan untuk Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari yang sudah mencapai Jina atau Buddha Agung.

Isi Prasati Wurare

Ilustrasi Isi Prasati Wurare, Pixabay/Vitamin
Mengutip dictio, isi prasasti Wurare berbentuk 19 bait, mengisahkan tentang pendeta sakti Arrya Bharad yang telah membelah tanah Jawa menjadi 2 kerajaan. Ini dilakukan untuk menghindari perang saudara oleh 2 pangeran yang memperebutkan kekuasaan.
Prasasti Wurare juga menjadi sumber sejarah yang berharga untuk memahami budaya dan agama pada masa itu, serta interaksi antarwilayah di Nusantara.
Melalui isi prasasti ini, Masyarakat dapat lebih mendalami konteks sejarah dan budaya Kerajaan Mataram Kuno. Berikut isi prasasti Wurare yang ditulis dengan bahasa Sansekerta.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berikut terjemahan isi prasasti Wurare dalam bahasa Indonesia.
1. Pertama-tama saya panjatkan puja puji syukur kepada Sang Tathagata (Pencipta), Sang Maha Tahu yang merupakan perwujudan dari segala pengetahuan, yang keberadaanya tersembunyi di antara semua unsur atau elemen kehidupan (skandha) dan yang terbebaskan dari segala bentuk ketiadaan dan keniscayaan.
2. Dengan segala penuh kehormatan selanjutnya atas kegemilangan yang mendunia dan yang akan dicatat sebagai sejarah pada tahun Saka masa yang menggambarkan kemuliaan raja.
3. Adalah Arya Bharada yang Terhormat di antara yang terbaik dari golongan orang-orang bijak dan orang-orang terpelajar, yang konon pada masa lampau, zaman terdahulu, berdasarkan hasil kesempurnaan pengalamannya oleh karenanya memperoleh abhijna (pengetahuan dan kemampuan supranatural).
4. Terkemuka diantara para yogi besar, yang hidupnya penuh ketenangan, penuh kasih dan mahluk yang pandai berserah diri, seorang guru Siddha, seorang pahlawan besar dan yang berhati bersih jauh dari segala noda dan prasangka.
ADVERTISEMENT
5-6. Yang telah membagi dataran Jawa menjadi dua bagian dengan batas luar adalah lautan, oleh sarana kendi (Kumbha) dan air sucinya dari langit (vajra).
Air suci yang memiliki kekuatan putus bumi dan dihadiahkan bagi kedua pangeran, menghindari permusuhan dan perselisihan – olehkarena itu kuatlah Jangala sebagaimana Jayanya Panjalu (vishaya).
7-9. Tetapi, dalam hal ini Raja Sri Jaya Wisnuwadhana, yang mempunyai pramesuri Sri Jayawardhani, yang terbaik di antara para penguasa bumi, yang memiliki kesucian jiwa pada kelahirannya, penuh kasih dan penguasa keadilan oleh sebab disegani oleh para penguasa lainnya dikarenakan kesucian dan keberaniannya dalam mempersatukan negara untuk kemakmuran rakyat, menjaga hukum dan menetapkannya dan pewaris dari penguasa keadilan sebelumnya.
10-12. Tersebutlah, Seorang Raja yang bernama Sri Jnanasiwawajra (red, Sri Kertanegara), putra dari Sri Hariwardhana (red, Sri Jaya Wisnuwadhana) dan Sri Jaya Wardhani, adalah raja dari empat pulau, luas ilmunya dan adalah yang terbaik dari semuanya, yang memahami segala hukum dan membuatnya, yang mempunyai kecemerlangan pikiran dan sangat bersemangat untuk melakukan pekerjaan perbaikan dalam kehidupan beragama, yang tubuhnya disucikan dengan sinar kebijaksanaan dan yang sepenuhnya memahami sambodhi (ilmu pengetahuan agama Buddha) – layaknya sang Indra diantara mereka para raja yang memerintah di bumi.
ADVERTISEMENT
13-17. Maka dibuatlah tugu peringatan (Arca) setelah pengabdiannya sebagai perlambang kebesaran dirinya yang ditahbiskan dalam bentuk perupaan Mahakshobhya, pada tahun 1211 Saka pada bulan atau Asuji (Asvina) pada hari dikenal sebagai Pa-ka-bu, hari kelima dari cahaya bulan setengah terang, sebagai mana kisah dalam Parvan bernama Sinta dan vishti karana, Ketika Para Anuradha Nakshatra berada di bola atau Indra, terus Saubhagya yoga dan Saumya muhurta dan di Tula Rasi – demi kebaikan semua makhluk, dan yang Terutama dari Semuanya, oleh karena raja dengan keluarganya, telah membawa persatuan negara.
18-19. Saya, (yaitu abdi raja, si pembuat prasasti) hamba yang rendah hati, yang dikenal dengan nama Nadajna, meskipun bodoh, tanpa belajar dan hanya sedikit melakukan kebaikan, telah melakukan atas dasar persetujuan Raja, menjadi pemandu upacara ritual keagamaan, telah diperintah oleh Vajrajnana untuk mempersiapkan kisah ini.
ADVERTISEMENT
Demikian isi prasasti Wurare yang mencerminkan perkembangan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia dan memberikan wawasan tentang interaksi sosial serta pengaruh agama pada masyarakat saat itu.