Kenali Asal Usul Telaga Sarangan sebagai Ikon Kota Magetan

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
28 Desember 2023 20:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi asal usul telaga sarangan. Sumber: Pixabay/pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi asal usul telaga sarangan. Sumber: Pixabay/pexels.com
ADVERTISEMENT
Telaga Sarangan adalah wisata yang berada di Kabupaten Magetan. Asal usul Telaga Sarangan berkaitan dengan kisah hidup sepasang suami istri, yaitu Kyai dan Nyai Pasir.
ADVERTISEMENT
Saputra dan Rustiati dalam Potensi Sastra Pariwisata di Telaga Sarangan menyebutkan bahwa Telaga Sarangan juga bernama Telaga Pasir karena nama sepasang suami istri yang tinggal di kawasan tersebut.
Untuk mengetahui informasi lebih lanjut seputar asal usul Telaga Sarangan, simak selengkapnya dalam artikel berikut.

Asal Usul Telaga Sarangan

Ilustrasi asal usul telaga sarangan. Sumber: eberhard grossgasteiger/pexels.com
Telaga Sarangan adalah objek wisata yang berada di area kaki Gunung Lawu, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan. Tempat tersebut menjadi objek wisata yang cukup populer karena keindahannya.
Namun, di balik keindahan tersebut, Telaga Sarangan juga menyimpan legenda menarik. Asal usul Telaga Sarangan dipercaya masyarakat berawal dari kisah sepasang suami istri, yaitu Kyai dan Nyai Pasir.
Saat itu, keduanya belum dikaruniai anak. Hal itu membuat Kyai dan Nyai Pasir melakukan semedi untuk berdoa kepada Sang Hyang Widhi agar dikaruniai keturunan.
ADVERTISEMENT
Harapan tersebut pun akhirnya terkabul dan keduanya dikaruniai seorang anak bernama Joko Lelung. Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, sepasang suami istri ini berkerja dengan cara berburu serta bercocok tanam.
Namun, pekerjaan tersebut tergolong berat, sehingga keduanya membutuhkan kondisi fisik yang mumpuni. Alhasil, Kyai dan Nyai Pasir pun bersemedi lagi.
Dalam proses semedi tersebut, keduanya menerima pesan bahwa doa tersebut bisa terkabul apabila berhasil menemukan serta memakan telur yang berada di dekat ladang.
Setelah itu, Nyai Pasir pun menjumpai telur tersebut, lalu di bawa pulang untuk dimasak terlebih dahulu. Telur tersebut dibagi dua untuk disantap bersama sang suami.
Pasca menyantap telur tersebut, Kyai Pasir pun kembali ke ladang. Akan tetapi, sesuatu yang aneh terjadi. Kyai Pasir merasa tubuhnya sangat panas dan gatal. Hal itu membuatnya menggaruk keras hingga tubuhnya penuh dengan luka.
ADVERTISEMENT
Tanpa terduga, tubuh Kyai Pasir mendadak berubah menjadi ular naga besar, termasuk Nyai Pasir. Mereka pun berguling di atas pasir sampai membentuk cekungan besar dan dalam.
Tak lama setelahnya, dari cekungan tersebut keluar air yang deras. Dengan kekuatan besar tersebut, Kyai dan Nyai Pasir membuat cekungan yang lebih besar untuk menenggelamkan Gunung Lawu.
Mengetahui niatan jahat tersebut, Joko Lelung bersemedi agar niatan jahat orang tuanya tidak terkabulkan. Permintaan tersebut akhirnya terkabulkan. Sayangnya, cekungan yang ada masih terus mengeluarkan air deras sampai membuat telaga.
Telaga tersebutlah yang kini disebut dengan Telaga Sarangan. Menurut kepercayaan masyarakat, Kyai dan Nyai Pasir yang berbentuk naga ini lambat laun berubah menjadi makhluk tak kasat mata.
ADVERTISEMENT
Demikian beberapa informasi berkaitan dengan asal usul Telaga Sarangan. [ENF]