Konten dari Pengguna

Kenapa Malin Kundang Tidak Mengakui Ibunya? Ini Kisahnya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
17 Oktober 2024 12:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kenapa Malin Kundang tidak mengakui ibunya, Pexels/Nitin Arya
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kenapa Malin Kundang tidak mengakui ibunya, Pexels/Nitin Arya
ADVERTISEMENT
Kenapa Malin Kundang tidak mengakui ibunya adalah sebuah pertanyaan yang selalu muncul saat pembahasan mengenai dongeng Malin Kundang. Dongeng ini berasal dari Sumatera Barat.
ADVERTISEMENT
Cerita rakyat ini merupakan bagian dari tradisi lisan Minangkabau dan disampaikan turun-temurun. Dongeng ini berfungsi untuk mengajarkan pentingnya menghormati dan berbakti kepada orang tua.

Kenapa Malin Kundang Tidak Mengakui Ibunya?

Ilustrasi kenapa Malin Kundang tidak mengakui ibunya, Pexels/Jess Bailey Designs
Terdapat beberapa penjelasan mengenai cerita Malin Kundang. Inilah alasan kenapa Malin Kundang tidak mengakui ibunya berdasarkan tayangan berjudul Kisah Malin Kundang | Dongeng Anak Bahasa Indonesia | Cerita Rakyat Sumatera Barat dari channel YouTube Studycle Kids.
Hiduplah seorang ibu dan anak laki-lakinya bernama Malin Kundang di sebuah pesisir pantai. Sejak suaminya meninggal ibu Malin bekerja keras untuk menjadi tulang punggung keluarga.
Malin kecil memang sangat rajin dan selalu menemani ibunya untuk berjualan ikan di pasar. Meskipun masih kecil maling sangat pandai dalam berdagang.
ADVERTISEMENT
Ibu yang kelelahan dan tergolek lemah setelah seharian berjualan di pasar membuat tekad Malin semakin kuat untuk Merantau ketika ia dewasa nanti. Seiring berjalannya waktu maling kecil berubah menjadi seorang pemuda yang gagah.
Ia merasa sudah waktunya untuk menggantikan ibunya untuk bekerja. Ia pun membulatkan tekad untuk pergi merantau. Ibunya merestui dan selalu mendoakan.
Bersama dengan Pemuda lainnya Malin pun mulai menaiki kapal. Sang Ibu mulai merelakan anak semata wayangnya itu untuk pergi merantau.
Kapal yang membawa Malin pun telah pergi menjauh meninggalkan ibunya seorang diri. Selepas Malin Pergi Merantau ibunya selalu merindukan anak semata wayangnya.
Ia selalu teringat dengan Malin saat melihat lautan. Waktu pun berjalan, ibu Malin Kian menua dan masih hidup seorang diri. Malin tidak pernah memberi kabar ataupun pulang sejak ia merantau.
ADVERTISEMENT
Hingga suatu hari ibu Malin mendengar kabar bahwa Malin Kundang Malin saat ini menjadi saudagar kaya. Kabarnya esok hari ia bersama dengan saudara lainnya akan berkunjung ke kampung halamannya.
Ibu Malin segera berlari ke pelabuhan untuk menyambut anaknya. Teriakan sang Ibu mampu membuat teman-teman Malin kaget Mereka pun bertanya keheranan bukannya orang tua Malin kaya raya.
Malin menyangkal kebenaran bahwa ia bukanlah ibunya. Malin segera mendorong ibunya hingga terjatuh dan segera pergi meninggalkan ibunya.
Ibunya sangat kecewa dengan Malin. Ia segera mengangkat tangannya untuk berdoa. Setelah berdoa langit yang tadinya cerah menjadi gelap pertanda akan terjadinya hujan badai.
Kapal yang membawa maling terombang-ambing oleh hujan badai hingga membuat Malin terpental jauh ke sebuah pulau. Malin menyesal dan meminta maaf.
ADVERTISEMENT
Namun permintaan maaf Malin sudah terlambat. Tak lama seluruh tubuhnya menjadi kaku dan tidak bisa digerakkan sama sekali. Seluruh tubuh maling berubah menjadi batu.
Lokasi penting yang terkait dengan cerita ini adalah Pantai Air Manis di Padang. Pantai tersebut memiliki batu berbentuk manusia yang diyakini sebagai wujud Malin Kundang setelah dikutuk oleh ibunya
Alasan kenapa Malin Kundang tidak mengakui ibunya adalah karena ia merasa malu dengan kondisi ibunya yang tua dan miskin. Kisah ini berkembang menjadi legenda populer di seluruh Indonesia dan bahkan memiliki variasi serupa di negara-negara Asia Tenggara. (Fia)