Konten dari Pengguna

Keunikan Suku Baduy Dalam, Si Penjaga Tradisi yang Anti Modernisasi

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
24 April 2023 17:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto ilustrasi: Suku Baduy Dalam, sumber: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Foto ilustrasi: Suku Baduy Dalam, sumber: Pexels
ADVERTISEMENT
Di tengah gempuran modernisasi saat ini, suku Baduy Dalam tetap berpegang teguh terhadap tradisi yang diwariskan para leluhur. Mereka menutup diri dari globalisasi serta segala bentuk teknologi memasuki wilayah Baduy Dalam.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Pesona Indonesia, suku Baduy Dalam terletak di tiga wilayah yaitu Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo, provinsi Banten.
Suku Baduy Dalam merupakan bagian dari suku Baduy. Terdapat dua kelompok masyarakat dalam suku ini yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar. Berbeda dengan Baduy Dalam, masyarakat Baduy Luar mau menerima modernisasi ke wilayah mereka.

Keunikan Suku Baduy Dalam

Foto ilustrasi: Suku Baduy Dalam, sumber: Unsplash
Keunikan yang ada di suku ini adalah keputusan mereka untuk mengisolasi diri dari pengaruh dunia luar. Hal ini didasari oleh pemahaman mereka yang ingin menyatu dengan alam dan menjaganya agar tetap asri. Berikut ini penjelasannya:

1. Hidup Sederhana

Masyarakat suku Baduy Dalam memilih hidup sederhana dan tidak konsumtif. Mereka fokus memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang sifatnya primer saja.
ADVERTISEMENT
Semua kebutuhan primer masyarakat suku Baduy Dalam diproduksi sendiri. Ada tiga kampung di Baduy Dalam yang bertugas untuk mengakomodasi seluruh kebutuhan dasar masyarakat Baduy Dalam. Tugas ini dipimpin oleh ketua adat tertinggi dan dibantu oleh wakilnya.
Mengingat semua kebutuhan diproduksi sendiri, mereka tidak bergantung dengan dunia luar. Terbukti mereka tidak terkena imbas saat terjadi krisis ekonomi yang dulu pernah menimpa Indonesia.

2. Tak Ada Listrik

Tak ada teknologi yang masuk ke wilayah mereka seperti listrik dan internet. Itu berarti mereka hidup tanpa seperangkat alat elektronik rumah tangga. Hiburan mereka hanyalah berkumpul bersama keluarga atau warga lainnya di rumah atau jembatan bambu di desa Gajeboh.

3. Anti Bahan Kimia

Masyarakat suku ini tidak memakai sabun, sampo, detergen, pasta gigi, dan produk-produk berbahan kimia lainnya. Hal itu mereka lakukan agar sungai tidak tercemar zat-zat berbahaya.
ADVERTISEMENT
Saat menanam bahan makanan untuk kebutuhan sehari-hari juga mereka tidak memakai pupuk dan pestisida berbahan kimia. Mereka memilih memakai pupuk dan pestisida organik.
Selain ingin menjaga alam dari zat berbahaya, cara bercocok tanam seperti ini juga menghasilkan pangan yang lebih sehat. Oleh karena itu, masyarakat Baduy Dalam jarang sakit dan tidak pernah berobat ke dokter.

4. Produksi Pakaian Sendiri

Masyarakat Baduy Dalam memproduksi pakaian mereka sendiri. Mereka menanam kapas, memintal lalu menenunnya sendiri tanpa bantuan mesin jahit.
Baju yang dipakai masyarakat Baduy Dalam juga sederhana. Untuk pria biasa memakai pakaian berwarna putih dan biru tua. Sementara wanitanya memakai kebaya warna biru kehitaman yang dipadukan dengan kain tenun. Warna-warna tersebut dihasilkan karena mereka memakai bahan alami.
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat pada umumnya, menjalani hidup layaknya masyarakat suku Baduy Dalam sepertinya sangat sulit untuk dilakukan. Namun, mereka mengaku senang dengan pilihan untuk hidup menyatu dengan alam yang telah diwarisi turun-temurun sejak ratusan tahun.
(tia)