Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kisah Abdul Mufakir yang Menjadi Raja Banten sejak Umur 5 Bulan
15 Desember 2023 21:43 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kisah Abdul Mufakir yang diangkat menjadi raja Banten sejak umur 5 bulan memang menjadi topik menarik untuk dibahas. Pasalnya, tidak ada yang menyangka bahwa kelak ia akan menjadi pemimpin.
ADVERTISEMENT
Namun, sebelum menjadi seorang raja asli, ia memiliki wali yang bernama Mangkubumi Jayanegara untuk menjalankan pemerintahan. Penjelasan lebih lengkap, simak di bawah ini.
Kisah Abdul Mufakir, Diangkat Menjadi Raja sejak Kecil
Sultan Abdul Mufakir Muhammad Abdul Kadir atau biasa dikenal sebagai Pangeran Ratu atau Sultan Agung, merupakan seorang raja Banten ke-empat yang berkuasa dari tahun 1596 hingga 1647.
Ia merupakan anak dari Sultan Maulana Muhammad, yakni raja pertama di Pulau Jawa yang mendapatkan gelar Sultan. Setelah ia wafat, takhta kerajaan pun diwariskan pada anaknya, Abdul Mufakir.
Dikutip dari buku Perdagangan Internasional Kesultanan Banten Akhir Abad XVI-XVII milik Ikot Sholehat, pada saat diangkat menjadi seorang raja, Abdul Mufakir masih berusia 5 bulan.
ADVERTISEMENT
Karena masih terlalu kecil untuk memimpin sebuah kerajaan, akhirnya ditunjuk seorang wali yang mewakilkan Abdul Mufakir sampai ia cukup umur, yakni Mangkubumi Jayanegara.
Sayangnya, pada 1602, Mangkubumi Jayanegara wafat. Akhirnya, ia pun digantikan oleh sang adik. Namun, kekuasaan ini tidak bertahan lama, karena pada 17 November 1602, adik Mangkubumi Jayanegara dicopot dari kekuasaannya karena berkelakuan tidak baik.
Akhirnya, kekuasaan pun diberikan kepada ibunda Sultan Abdul Mufakir, yakni Nyimas Ratu Ayu Wanagiri. Setelah ia cukup dewasa, Abdul Mufakir langsung memegang penuh kekuasaan.
Pemerintahan Abdul Mufakir
Ketika Abdul Mufakir menjabat sebagai pemimpin kerajaan, ia memiliki konflik dengan VOC yang saat itu ingin menguasai atau memonopoli seluruh perdagangan lada di Banten.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang raja, ia menolak mentah-mentah kemauan VOC yang ingin memonopoli perdagangan. Hingga akhirnya, terjadilah konflik antara Banten dan VOC. Sayangnya, pada saat itu kedudukan VOC sangat kuat, dan membuat konflik semakin memuncak.
VOC pun melakukan blokade terhadap pelabuhan dagang di Banten, dengan melarang dan mencegat kapal layar dari China dan perahu-perahu dari Maluku yang hendak berdagang di pelabuhan tersebut.
Situasi ini mendorong terjadinya perang antara VOC dan Banten pada November 1633. Enam tahun kemudian, kedua belah pihak pun sepakat untuk menandatangani perjanjian perdamaian.
Hingga pada 10 Maret 1651, Sultan Abdul Mufakir pun wafat dan dimakamkan di Pemakaman Kenari Banten. (RN)