Konten dari Pengguna

Kisah Awal Hingga Akhir Perang Padri yang Penting Diketahui

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
15 Oktober 2023 17:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi akhir Perang Padri. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi akhir Perang Padri. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Perang Padri merupakan perang terjadi di Sumatera Barat yang terbagi ke dalam dua periode.
ADVERTISEMENT
Terjadinya Perang Padri dilatarbelakangi adanya pertentangan paham di Sumatera Barat antara kaum Adat dan kaum Padri.
Bagaimana kisah awal dan akhir Perang Padri? Simak jawabannya di sini.

Kisah Awal hingga Akhir Perang Padri

Ilustrasi akhir Perang Padri. Foto: Pixabay
Terjadinya Perang Padri berawal dari adanya perbedaan prinsip terhadap ajaran kaum Adat dan kaum Padri.
Kaum Adat dianggap telah melakukan hal-hal yang menyimpang dari ajaran Islam, seperti judi, minum minuman keras, dan sabung ayam. Sementara kaum Padri ingin melakukan pemurnian ajaran Islam agar kebiasaan buruk tersebut bisa dihapuskan.
Namun, Belanda memanfaatkan konflik tersebut untuk menanam pengaruh pada masyarakat Minangkabau. Pemerintah Belanda bahkan mengangkat James Du Puy sebagai residen di Minangkabau pada tahun 1821.
Du Puy dan kaum Adat melakukan perjanjian yang ditentang keras oleh kaum Padri. Hal itu memicu terjadinya Perang Padri dalam dua periode.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah kisah Perang Padri berdasarkan buku Explore Sejarah Indonesia karya Abdurakhman dan Arif.

1. Periode Pertama (1821-1825)

Dalam periode ini, kaum Padri melakukan penyerangan terhadap pos-pos Belanda dengan dipimpin oleh Tuanku Pasaman.
Di sisi lain, Belanda yang mendapat bantuan dari kaum Adat juga melakukan perlawanan. Aksi tersebut kemudian menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa.
Pada 14 Agustus 1822, pasukan kaum Padri yang dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh juga menyerang pasukan Belanda yang berada di bawah kepemimpinan Kapten Goffinet. Serangan itu juga menyebar ke seluruh Minangkabau. Saat itu, kemenangan berhasil diraih oleh kaum Padri.
Letnal Kolonel Raff akhirnya menggantikan Du Puy sebagai residen dan komandan militer di Padang. Setelah itu, Raff berhasil mengadakan perjanjian damai dengan kaum Padri di Bonjol.
ADVERTISEMENT
Pada Februari 1824, pasukan Belanda menduduki daerah IV Koto dan memancing kemarahan kaum Padri yang dipimpin oleh Peto Syarif atau Tuanku Imam Bonjol.

2. Periode Kedua (1830-1837)

Kaum Adat yang kecewa dengan perjanjian damai antara Belanda dan kaum Padri kemudian melakukan perlawanan pada Belanda. Saat itu akhirnya kaum Adat dan kaum Padri bersatu.
Kolonel Elout yang merupakan residen dan pimpinan tertinggi militer di Sumatera Barat mencoba menghalangi meluasnya kekuasaan kaum Padri.
Pada tahun 1834, Belanda memfokuskan serangan di kawasan Bonjol. Hal itu membuat kaum Padri kesulitan karena Belanda menutup akses jalan ke daerah lain.
Hingga tahun 1836, pertahanan kaum Padri belum bisa dikalahkan oleh Belanda. Namun pada 10 Agustus 1837, Tuanku Imam Bonjol bersedia berunding dengan Belanda. Sayangnya, perundingan tersebut gagal.
ADVERTISEMENT
Perang pun terus berlanjut hingga Tuanku Imam Bonjol menyerah pada Belanda pada 25 Oktober 1837. Ia kemudian dibuang ke Cianjur, Jawa Barat lalu dibuang lagi ke Ambon. Hingga akhirnya Tuanku Imam Bonjol wafat di Manado pada 6 November 1864.
Demikian pembahasan mengenai kisah awal hingga akhir Perang Padri yang penting diketahui. (SP)