news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah, Romantis dan Patut Diteladani

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
10 Maret 2025 17:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Unsplash.com/Imad Alassiry
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Unsplash.com/Imad Alassiry
ADVERTISEMENT
Kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra adalah hubungan antara sahabat Nabi saw dan putri Nabi saw. Keduanya adalah pasangan yang kisah cintanya penuh dengan keteladanan, kesetiaan, dan ketakwaan.
ADVERTISEMENT
Hubungan mereka bukan hanya sekadar kisah romantis, tetapi juga menjadi inspirasi bagi pasangan Muslim dalam membangun rumah tangga yang penuh dengan keberkahan.

Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah

Ilustrasi Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Unsplash.com/Rumman Amin
Di bawah ini kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah yang patut diteladani, dirangkum dari buku Biografi Ali bin Abi Thalib karya Prof. Dr. Ali Mhammad Ash Shallabi.
Ali bin Abi Thalib telah lama menyimpan perasaan terhadap Fatimah, putri Rasulullah saw. Namun, karena merasa belum pantas, ia menahan diri untuk tidak segera melamar.
Sementara itu, beberapa sahabat besar seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab telah lebih dulu mengajukan lamaran, tetapi ditolak dengan lembut oleh Rasulullah saw karena Fatimah belum memberikan jawaban.
ADVERTISEMENT
Setelah mengumpulkan keberanian, Ali akhirnya melamar Fatimah. Dengan penuh rasa tawakal, ia datang menghadap Rasulullah saw meskipun tidak memiliki harta yang cukup.
Rasulullah saw menerima lamarannya dan meminta Ali memberikan mahar berupa baju besi miliknya. Meski sederhana, pernikahan mereka penuh keberkahan dan menjadi contoh bahwa cinta sejati tidak diukur dari materi.
Ali dan Fatimah menjalani kehidupan rumah tangga dengan penuh kesabaran dan ketulusan. Fatimah menjalankan tugasnya sebagai istri dengan penuh cinta, sementara Ali bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Mereka hidup dalam kesederhanaan, tetapi hati mereka dipenuhi dengan cinta dan ketakwaan.
Fatimah sering membantu suaminya dalam pekerjaan rumah, meskipun sering merasa lelah. Suatu hari, ia meminta Rasulullah saw memberikannya seorang pembantu.
ADVERTISEMENT
Namun, Rasulullah justru mengajarkan dzikir sebelum tidur yaitu Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 34 kali, yang ternyata membuatnya lebih kuat menghadapi kehidupan.
Kisah cinta mereka juga diwarnai dengan kesetiaan yang luar biasa. Ali selalu setia mendampingi Fatimah, bahkan setelah wafatnya Rasulullah saw, ketika Fatimah merasa sangat terpukul. Ali tetap berada di sisinya, memberikan dukungan hingga akhirnya Fatimah wafat enam bulan kemudian.
Setelah kepergian Fatimah, Ali tidak pernah melupakan cintanya. Ia tetap mengenang istrinya dengan penuh kasih sayang dan menjaga amanah Rasulullah saw dalam mendidik anak-anak mereka.
Kesabaran dan kesetiaan mereka menjadi inspirasi bagi setiap pasangan Muslim yang ingin membangun rumah tangga penuh berkah.
Kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah adalah contoh nyata bahwa cinta sejati bukan hanya tentang kemewahan, tetapi tentang ketulusan, kesederhanaan, dan ketakwaan kepada Allah. (Aya)
ADVERTISEMENT