Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kisah Pangeran Diponegoro Melawan Penjajah di Tanah Jawa
10 November 2024 21:40 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kisah Pangeran Diponegoro yang memimpin Perang Jawa (1825-1830) adalah bukti nyata betapa gigihnya perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda.
ADVERTISEMENT
Perang yang memakan korban jiwa sangat besar ini menunjukkan semangat nasionalisme yang tinggi dan kegigihan rakyat dalam mempertahankan tanah air.
Kisah Pangeran Diponegoro
Secara umum kisah Pangeran Diponegoro dimulai oleh campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan.
Mengutip sma13smg.sch.id, Keraton yang seharusnya menjadi pemimpin justru merasa tidak berdaya menghadapi pengaruh politik pemerintah kolonial.
Selain itu, ada pemicu khusus yang memperburuk situasi. Salah satunya adalah pemasangan tonggak-tonggak untuk pembangunan rel kereta api yang melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro.
Tindakan ini dianggap penghinaan terhadap nilai-nilai budaya dan spiritual masyarakat setempat.
Latar belakang konflik itu mengakitkan Perang Diponegoro yang dimulai pada tanggal 20 Juli 1825.
Pada tanggal tersebut, pemerintah kolonial Belanda mengirim dua bupati senior untuk memimpin pasukan dalam upaya menangkap Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi di Tegalrejo.
ADVERTISEMENT
Meskipun Diponegoro dan sebagian pengikutnya berhasil melarikan diri, penduduk telah dibakar habis oleh pasukan Belanda.
Perang ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari petani hingga kalangan priyayi yang secara sukarela menyumbangkan dana untuk mendukung perjuangan Diponegoro.
Diponegoro mendapatkan dukungan dari Kyai Mojo, seorang tokoh spiritual yang berperan penting dalam gerakan pemberontakan ini.
Hanya dalam waktu tiga minggu, Pangeran Diponegoro berhasil melancarkan serangan dan menduduki keraton Yogyakarta. Keberhasilan ini diikuti oleh serangkaian kemenangan di beberapa wilayah lainnya pada tahun-tahun awal peperangan.
Pergolakan yang dipimpin oleh Diponegoro meluas ke arah timur, menjangkau Madiun, Magetan, Kediri, dan daerah sekitarnya. Pergerakan yang semakin meluas ini dianggap sebagai upaya untuk menggalang kekuatan di seluruh pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Perang Diponegoro yang semakin sengit membuat Belanda menerapkan strategi baru.
Pada tahun 1827, Belanda mengerahkan pasukan besar-besaran dan membangun benteng-benteng untuk membatasi gerak Pangeran Diponegoro.
Upaya Belanda membuahkan hasil ketika beberapa tokoh penting seperti Kyai Mojo, Pangeran Mangkubumi, dan Alibasah Sentot Prawirodijo berhasil ditangkap.
Terdesak dan melihat situasi yang semakin sulit, Belanda menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang dapat menangkap Diponegoro.
Akhirnya, pada tahun 1830, Diponegoro mulai melemah dan memutuskan bertemu dengan Jenderal de Kock untuk melakukan gencatan senjata.
Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro setelah melakukan upaya penangkapan yang intensif.
Setelah beberapa kali pergerakan dan perundingan yang gagal, akhirnya pada 28 Maret 1830 Diponegoro menyerahkan diri.
Penangkapan ini menandai akhir dari Perang Diponegoro. Setelah ditangkap, Diponegoro kemudian menjalani masa pengasingan yang panjang.
ADVERTISEMENT
Ia dipindahkan beberapa kali, dimulai dari Semarang, kemudian Batavia, lalu Manado, dan akhirnya menetap di Makassar hingga wafat pada tahun 1855.
Itulah kisah sejarah Pangeran Diponegoro yang berjuang melawan penjajah di tanah Jawa.
Kisah ini mengajarkan tentang pentingnya semangat juang, persatuan, dan pengorbanan demi kemerdekaan. (Sc)