Konten dari Pengguna

Kisah Ratu Juliana, Ratu Belanda yang Disegani hingga Masa Tuanya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
26 April 2025 15:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kisah Ratu Juliana. Foto: Pexels.com/Rina Mayer
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kisah Ratu Juliana. Foto: Pexels.com/Rina Mayer
ADVERTISEMENT
Kisah Ratu Juliana menjadi salah satu potret kepemimpinan monarki yang berpijak pada kesederhanaan dan dedikasi.
ADVERTISEMENT
Ia dikenal sebagai sosok yang hangat, rendah hati, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang tulus. Perjalanannya sebagai ratu bukan sekadar gelar, tetapi cerminan perjuangan dan pengabdian terhadap rakyat.

Kisah Ratu Juliana

Ilustrasi kisah Ratu Juliana. Foto: Pexels.com/Eliezer Muller
Kisah Ratu Juliana menjadi salah satu bagian penting dalam sejarah kerajaan Belanda yang penuh warna.
Dikutip dari independent.co.uk, Juliana lahir pada 30 April 1909 di Den Haag, Belanda sebagai anak tunggal dari Ratu Wilhelmina dan Pangeran Hendrik.
Ia tumbuh dalam lingkungan kerajaan yang penuh aturan, namun tetap menunjukkan sisi kemanusiaan yang kuat sejak usia dini.
Masa kecil Juliana terasa sepi tanpa saudara kandung, sehingga ia lebih banyak bersahabat dengan hewan peliharaan dan pengasuhnya.
Pendidikan dasar ia tempuh di dalam istana, tetapi keinginannya untuk merasakan kehidupan masyarakat biasa membuatnya melanjutkan kuliah di Universitas Leiden sebagai mahasiswa reguler.
ADVERTISEMENT
Saat Belanda dilanda krisis ekonomi pada 1930-an, Juliana tampil sebagai ketua Komite Krisis Nasional dan turun langsung membantu korban bencana.
Ia juga dikenal karena penolakannya terhadap hukuman mati, salah satunya ditunjukkan saat ia enggan menandatangani eksekusi terhadap seorang penjahat perang, meskipun mendapat tekanan politik.
Keteguhan prinsip Ratu Juliana itu membuat publik semakin menghormatinya.
Dalam urusan kenegaraan, meskipun secara konstitusi tidak memiliki kekuasaan eksekutif, Juliana tetap membaca semua rancangan undang-undang dan memberi masukan kepada para menteri dengan tajam dan tegas.
Saat Perang Dunia II meletus, Ratu Juliana bersama anak-anaknya mengungsi ke Kanada, sementara ibunya mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di London.
Di Kanada, Juliana aktif dalam kegiatan sosial dan menjadi simbol perjuangan Belanda di luar negeri. Ia bahkan mendonorkan darah dan melayani pasien di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Setelah perang usai, ia kembali ke Belanda dan pada 1948 dinobatkan sebagai Ratu menggantikan ibunya yang turun takhta.
Kepemimpinannya selama lebih dari tiga dekade dikenal membawa monarki Belanda ke arah yang lebih modern dan demokratis, tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisi.
Perjalanan Ratu Juliana juga mencatat momen penting saat ia mengunjungi Indonesia pada tahun 1971, lebih dari dua dekade setelah kemerdekaan Indonesia dari Belanda.
Kunjungan tersebut memiliki nilai historis dan emosional yang besar, karena menjadi simbol rekonsiliasi antara dua negara yang sempat berada dalam ketegangan panjang.
Ia diterima dengan hangat oleh Presiden Soeharto dan masyarakat Indonesia, meskipun masih ada memori luka masa kolonial.
Dalam kunjungan tersebut, Juliana menunjukkan sikap rendah hati dan keterbukaan, yang semakin memperkuat citranya sebagai pemimpin yang humanis dan tidak berjarak dengan rakyat.
ADVERTISEMENT
Ratu Juliana resmi turun takhta pada ulang tahunnya yang ke-71 pada tahun 1980 dan digantikan oleh putrinya, Ratu Beatrix. Ia kemudian hidup sebagai warga kerajaan biasa dengan gelar Putri Juliana hingga wafatnya pada tahun 2004.
Warisan yang ditinggalkannya bukan hanya berupa kenangan kepemimpinan, tetapi juga nilai-nilai tentang empati, keberanian moral, dan dedikasi tanpa pamrih.
Kisah Ratu Juliana menjadi inspirasi bahwa seorang pemimpin bisa tetap manusiawi tanpa kehilangan wibawanya. Seluruh perjalanan hidupnya mencerminkan keberanian untuk memilih jalur yang benar meskipun penuh tantangan. (Suci)