Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
Konten dari Pengguna
Kisah Wafatnya Ali bin Abi Thalib dan Keteladanannya
16 Maret 2025 22:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kisah wafatnya Ali bin Abi Thalib, yang dikenal sebagai khalifah keempat dalam sejarah Islam, merupakan bagian penting dari narasi sejarah.
ADVERTISEMENT
Pada masanya, kisah ini menggambarkan perjalanan hidup dan kepemimpinannya yang penuh tantangan.
Kisah Wafatnya Ali bin Abi Thalib
Kisah wafatnya Ali bin Abi Thalib yang dibunuh pada tahun 661 masehi, di masjid Kufa saat ia sedang melaksanakan shalat, oleh seorang pengikut kelompok ekstremis yang dikenal sebagai khawarij.
Peristiwa ini tidak hanya menandai berakhirnya masa kepemimpinannya, tetapi memunculkan berbagai konflik yang lebih luas di antara umat Islam yaitu perpecahan antara sunni dan syiah.
Konflik ini bermula dari peristiwa yang terjadi selama masa kepemimpinannya, terutama terkait dengan pertempuran siffin dan negosiasi yang terjadi.
Pemimpin yang adil dan bijaksana
Ali bin Abi Thalib mewariskan sifat pemimpin yang adil dan bijaksana terus diingat. Sebagai Khalifah, dikenal karena kemampuannya menegakkan keadilan dan keberaniannya menghadapi tantangan.
ADVERTISEMENT
Pada kisah wafatnya Ali bin Abi Thalib sering digambarkan sebagai contoh ideal kepemimpinan Islam, di mana ia berusaha mengutamakan prinsip keadilan dan kesejahteraan bagi umat.
Selain itu, sikapnya yang selalu berorientasi pada musyawarah dan penyelesaian konflik secara damai menjadi teladan berharga bagi para pemimpin masa kini.
Kepemimpinan yang inklusif
Konsepsi kepemimpinan yang inklusif pun diterapkan oleh Ali, di mana ia membuka ruang bagi pendapat dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Kedalaman visi politik yang dimiliki Ali bin Abi Thalib terlihat pada kebijakan ekonominya yang berusaha memperhatikan distribusi kekayaan dan keadilan sosial.
Jurnal istithmar, Penerapan kebijakan fiskal Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam pendistribusian pendapatan negara di Indonesia, Saputra, M., Rahmadani, A., Elvina, A., & Mirawati, (2023:59) Ali ra menegakkan prinsip bahwa pemimpin bertanggung jawab untuk kesejahteraan rakyatnya, tidak membedakan perlakuan berdasarkan suku, status, atau latar belakang.
ADVERTISEMENT
Merujuk kepada Qur’an dan Sunnah Nabi
Teladan kepemimpinan yang selalu merujuk kepada Qur’an dan sunnah nabi saat menghadapi masalah kompleks, menjadi acuan moral dalam segala kebijakan yang diambil.
Warisan Ali bin Abi Thalib dalam pemikiran Islam tidak hanya terhenti pada aspek politik dan ekonomi, tetapi juga meliputi aspek filosofi pendidikan dan spiritual.
Pendidikan sebagai pilar utama
Dia mengajarkan pentingnya pendidikan sebagai pilar utama bagi pengembangan karakter seseorang dan masyarakat secara keseluruhan.
Konsepnya tentang pendidikan anak menunjukkan perhatian yang mendalam terhadap pembentukan generasi mendatang yang berbudi pekerti luhur dan beriman.
Maka dari itu, wafatnya Ali bin Abi Thalib merupakan episode tragis sekaligus menjadi titik tolak bagi perkembangan sejarah Islam yang lebih kompleks.
Keteladanannya dalam setiap aspek, baik sebagai pemimpin, hamba Allah, maupun sebagai seorang pendidik, tetap relevan dan menjadi rujukan bagi banyak generasi setelahnya. (Has)
ADVERTISEMENT