Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Larung Sesaji: Makna, Tujuan, dan Tata Cara Pelaksanaannya
24 Agustus 2024 23:18 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Larung Sesaji adalah upacara adat sebagai wujud rasa syukur atas rezeki yang diberikan oleh Tuhan. Upacara adat ini biasanya dilaksanakan oleh masyarakat pesisir laut maupun masyarakat pegunungan.
ADVERTISEMENT
Mitanto dan Nurcahyo dalam Ritual Larung Sesaji Telaga Ngebel Ponorogo (Studi Historis dan Budaya) menyebutkan bahwa tradisi Larung Sesaji pada beberapa wilayah diselenggarakan setiap 1 Suro dalam penanggalan Jawa.
Jika ingin tahu makna dan tujuan Larung Sesaji, simak informasi lengkapnya dalam bacaan ini.
Makna Upacara Larung Sesaji
Adapun makna tradisi Larung Sesaji adalah sebagai bentuk persembahan kepada Tuhan yang telah memberikan rezeki berlimpah berupa hasil bumi maupun laut, serta memohon untuk diberikan keselamatan, perlindungan, serta kesejahteraan. Selain itu, bagi sebagian masyarakat, Larung Sesaji juga dimaknai sebagai bentuk persembahan untuk Ratu laut Selatan.
ADVERTISEMENT
Tujuan Pelaksanaan Tradisi Larung Sesaji
Ada banyak masyarakat yang melaksanakan upacara Larung Sesaji, seperti masyarakat di lereng Gunung Kelud, masyarakat Pekalongan, Pati, Magetan, Jember, Suku Tengger, Kabupaten Malang, serta masyarakat Gunung Kidul.
Tujuan tradisi Larung Sesaji adalah untuk memohon dilancarkan rezeki, memperoleh kenikmatan, dan perlindungan. Masyarakat Jawa juga menyimbolkan tradisi Larung Sesaji sebagai bentuk proses manusia kembali ke asalnya maupun menyimbolkan alam semesta.
Pelaksanaan Tradisi Larung Sesaji
Pada dasarnya, praktik Larung Sesaji diselenggarakan oleh masyarakat Jawa tergantung kepercayaan setiap daerahnya, seperti pada malam 1 Suro atau Muharram, bulan Ruwah menuju Ramadhan, di bulan purnama, atau di bulan Kasada pada masyarakat Tengger.
Dalam upacara adat ini, masyarakat akan menyiapkan hasil bumi untuk dibuat sesaji dalam bentuk tumpeng kerucut, mulai dari buah-buahan, sayuran, ikan, udang, maupun nasi kuning. Bahkan, ada juga masyarakat yang memberikan persembahan berupa kain batik serta bunga-bunga.
ADVERTISEMENT
Itulah beberapa informasi menarik tentang makna tradisi Larung Sesaji dan praktik pelaksanaannya. [ENF]