Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Legenda Ular Kepala Tujuh, Kisah Mistis Sang Penjaga Alam yang Menakutkan
21 April 2025 19:36 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Legenda Ular Kepala Tujuh merupakan cerita rakyat yang berasal dari Kabupaten Lebong, Bengkulu.
ADVERTISEMENT
Kisah ini menceritakan sosok ular berkepala tujuh yang diyakini sebagai penjaga Danau Tes, tempat yang disucikan masyarakat setempat.
Dikutip dari buku Cerita Rakyat dari Bengkulu 2, Naim Emel Prahana, 1997:45, legenda ini bukan hanya mencerminkan warisan budaya, tetapi juga sarat pesan moral dan spiritual.
Asal-usul Legenda Ular Kepala Tujuh
Legenda Ular Kepala Tujuh bermula ketika Gajah Meram, putra mahkota Kerajaan Kutei Rukam, menghilang saat mandi bersama calon istrinya, Putri Jinggai, di Danau Tes.
Peristiwa itu memicu kekhawatiran kerajaan, hingga sang adik, Gajah Merik, turun tangan mencari keberadaan mereka.
Pencarian Gajah Merik membawanya ke kedalaman danau, tempat keberadaan Ular Kepala Tujuh yang konon menculik kakaknya. Makhluk gaib ini dikenal memiliki tujuh kepala dan kekuatan luar biasa.
ADVERTISEMENT
Dalam kisah tersebut, Gajah Merik berjuang selama tujuh hari tujuh malam melawan sang penjaga danau.
Setelah berhasil menaklukkannya, ia tidak membunuh sang ular, melainkan mengangkatnya sebagai hulubalang atau penjaga kerajaan.
Cerita ini merepresentasikan pertemuan antara kekuatan manusia dan entitas alam gaib, serta menyampaikan pesan tentang keberanian, kebijaksanaan, dan pengampunan.
Makna dan Kepercayaan Masyarakat
Legenda Ular Kepala Tujuh bukan sekadar cerita mitos, tetapi telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Lebong.
Danau Tes hingga kini dipercaya sebagai tempat yang dijaga makhluk halus. Masyarakat setempat meyakini bahwa ular tersebut masih menjaga ketenangan dan keseimbangan di sekitar danau, serta bisa murka apabila alam dirusak atau dilanggar kesuciannya.
Cerita ini tidak hanya dilestarikan melalui lisan, namun juga melalui catatan sastra.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks budaya lokal, legenda ini memberi pemahaman bahwa kekuatan alam harus dihormati dan dijaga.
Legenda Ular Kepala Tujuh mengajarkan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam.
Sosok ular dalam cerita bukan sekadar ancaman, melainkan simbol penjaga yang memiliki peran penting.
Cerita ini menjadi pengingat bahwa manusia hidup berdampingan dengan kekuatan-kekuatan yang tak terlihat, dan harus menghargai kearifan lokal dalam menjalani kehidupan. (Anggie)