Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Marga Arab di Indonesia yang Ternyata Keturunan Nabi Muhammad
12 April 2025 12:22 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Marga Arab di Indonesia tidak hanya menjadi bagian dari sejarah migrasi, tetapi juga membawa garis keturunan yang berhubungan langsung dengan Nabi Muhammad.
ADVERTISEMENT
Para pendatang Arab, terutama dari Hadramaut, Yaman, telah bermigrasi ke Nusantara sejak abad ke-13 melalui jalur perdagangan dan dakwah.
Di antara para pendatang tersebut, banyak yang merupakan keturunan Nabi Muhammad dari jalur Hasan dan Husein, dua cucu Rasulullah yang berasal dari putrinya, Fatimah.
Asal-usul Marga Arab di Indonesia
Sebagian besar marga Arab di Indonesia berasal dari kelompok Ba 'Alawi, yang secara genealogis ditelusuri sampai ke Sayyidina Husain bin Ali.
Kelompok ini datang ke Indonesia melalui pelabuhan-pelabuhan besar seperti Aceh, Batavia, Semarang, Gresik, dan Makassar.
Menurut jurnal yang diterbitkan ejournal.uin-malang.ac.id, keberadaan etnis Arab keturunan di Indonesia sudah dimulai sejak sebelum masa Islam. Pedagang Arab Islam datang pertama kali pada abad ke VIl dengan membawa ajaran Islam.
ADVERTISEMENT
Marga seperti Assegaf, Alaydrus, Alhabsyi, Alatas, Syahab, dan Bin Yahya merupakan contoh yang secara turun-temurun dianggap sebagai dzurriyah (keturunan) Rasulullah.
Kehadiran marga-marga tersebut memiliki hubungan erat dengan aktivitas dakwah yang dibawa sejak masa kedatangan. Tokoh-tokoh dari marga Arab dikenal mendirikan pesantren, membangun masjid, serta menyebarkan ajaran Islam di berbagai wilayah.
Penghormatan dari masyarakat lokal tidak hanya didasarkan pada garis keturunan, tetapi juga pada kontribusi besar dalam pendidikan dan kehidupan spiritual.
Pengaruh marga Arab sangat terasa dalam kehidupan keagamaan, terutama di kalangan tradisional dan pesantren. Selain itu, peran aktif dalam pelestarian maulid, haul, dan tradisi keagamaan lainnya memperkuat identitas sebagai bagian dari dzurriyah Nabi.
Di kota-kota seperti Pekalongan, Surabaya, dan Jakarta, komunitas keturunan Arab masih mempertahankan tradisi yang telah diwariskan.
ADVERTISEMENT
Pertemuan keluarga besar tetap digelar secara rutin, berbagai yayasan dakwah terus dijalankan, dan kegiatan sosial tetap menjadi prioritas.
Keseluruhan aktivitas tersebut menjadi penghubung antara nilai keturunan Rasul dan kehidupan umat Islam di Indonesia masa kini.
Hingga saat ini, marga Arab di Indonesia menjaga silsilah secara ketat melalui kitab nasab yang diwariskan turun-temurun. Kitab tersebut biasanya disusun dalam bentuk manuskrip dan dicatat oleh para ahli nasab.
Melalui pelestarian tradisi dan kiprah sosial keagamaan yang konsisten, marga Arab di Indonesia terus meneguhkan eksistensinya sebagai keturunan Rasul yang hidup berdampingan di Nusantara. (Rahma)