Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Mengapa APRA Dianggap Sebagai Gerakan Pemberontakan? Ini Alasannya
15 Februari 2024 22:48 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Mengapa APRA dianggap sebagai gerakan pemberontakan? Gerakan APRA termasuk ke dalam salah satu gerakan yang muncul setelah masa kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada saat pembentukkan RIS atau Republik Indonesia Serikat.
ADVERTISEMENT
Namun, adanya gerakan APRA ini disebut sebagai gerakan pemberontakan. Simak selengkapnya pada uraian berikut.
Alasan Mengapa APRA Dianggap Sebagai Gerakan Pemberontakan
Dikutip dari buku berjudul Sejarah Singkat Setengah Abad Pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia & Universitas Gadjah Mada oleh H.M. Wasiri Dirjo Sumarto (2022: 27), Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah gerakan yang dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling.
Gerakan APRA dibentuk dengan tujuan untuk mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia dan memiliki tentara khusus di negara bagian RIS. Gerakan ini disebut sebagai gerakan pemberontakan.
Mengapa APRA dianggap sebagai gerakan pemberontakan? Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil atau APRA dianggap sebagai gerakan pemberontakan sebab gerakan ini berniat membunuh tokoh-tokoh yang memperjuangkan negara kesatuan.
ADVERTISEMENT
Contohnya, seperti Sekretaris Jenderal Ali Budiardjo dan Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX.
Selain itu, APRA juga melakukan pemberontakan. Salah satu bentuk pemberontakan yang dilakukan APRA dilakukan pada 23 Januari 1950. Pada saat itu, Pasukan APRA melakukan penyerangan terhadap kota Bandung.
Tak hanya itu, pasukan APRA juga melakukan pembantaian dan pembunuhan terhadap sederet anggota TNI. Sebab pemberontakannya tersebut, pasukan APRA kemudian ditumpas melalui operasi militer yang dilakukan oleh Pasukan Siliwangi.
Di samping itu, Raymond Westerling yang berperan sebagai pemimpin APRA memiliki keinginan untuk mempertahankan bentuk negara federal sesuai Perjanjian Renville dan menolak pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Pada Januari 1950 APRA juga mengajukan ultimatum terhadap pemerintah Indonesia agar APRA diakui secara resmi sebagai tentara resmi Pasundan menggantikan posisi TNI.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, APRA melancarkan serangan dan pemberontakan yang menentang dirinya untuk mempertahankan Indonesia dalam bentuk serikat.
Raymond Westerling dan pasukannya melakukan sederet upaya untuk mencegah dikembalikannya bentuk negara kesatuan republik Indonesia.
Dengan penjelasan alasan mengapa APRA dianggap sebagai gerakan pemberontakan yang dibahas dalam artikel ini dapat dijadikan sebagai wawasan tambahan khususnya mengenai sejarah Indonesia. (DAP)