Mengulas Latar Belakang Pertempuran Surabaya 10 November

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
27 Juli 2023 21:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pertempuran Surabaya terjadi antara tentara dan milisi prokalamasi kemerdekaan Indonesia dengan tetara Britania Raya. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pertempuran Surabaya terjadi antara tentara dan milisi prokalamasi kemerdekaan Indonesia dengan tetara Britania Raya. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertempuran Surabaya adalah pertempuran tentara serta milisi proklamasi kemerdekaan Indonesia antara tentara Britania Raya dengan India Britania. Latar belakang pertempuran Surabaya terjadi akibat kedatangan pasukan Sekutu pada 25 Oktober 1945.
ADVERTISEMENT
Puncak pertempuran Surabaya ini terjadi pada 10 November 1945. Pertempuran Surabaya juga termasuk perang pertama pasukan Indonesia dengan asing sesudah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Agar semakin tahu, simak di sini!

Latar Belakang Pertempuran Surabaya

Ilustrasi proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu alasan yang melatarbelakangi Pertempuran Surabaya. Foto" Pexels
Bung Tomo (Sutomo) dalam buku berjudul Pertempuran 10 November 1945 Kesaksian & Pengalaman Seorang Aktor Sejarah menjelaskan, Pertempuran Surabaya termasuk pertempuran paling menegangkan dan menjadi pembuktian semangat patriotisme tinggi dari masyarakat dalam membela bangsa Indonesia.
Pertempuran Surabaya ini terjadi karena beberapa latar belakang berikut:

1. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Tiga tahun kekuasan pemerintahan Jepang di Indonesia, kemudian pasukan Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat setelah penjatuhan bom atom Hiroshima dan Nagasaki.
Kemudian, kekuasaan Indonesia kosong dari pasukan asing, selanjutnya Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
ADVERTISEMENT

2. Kedatangan Tentara Belanda dan Inggris

Tentara Inggris datang ke Indonesia dengan diboncengi Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI). Tujuannya untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan tawanan perang, dan memulangkan tentara Jepang ke negaranya.
Namun ada misi lain tentara Inggris ke Indonesia, yakni ingin mengembalikan RI ke administrasi pemerintahan Belanda (negeri Jajahan Hindia Belanda).
NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut bersama tentara Inggris. Akhirnya inilah yang memicu perlawanan rakyat Indonesia untuk melawan tentara AFNEI dan NICA.

3. Pengibaran Bendara di Hotel Yamato

Mulai 1 September 1945 berdasarkan maklumat pemerintah RI menetapkan bendera Indonesia Merah Putih harus dikibarkan di seluruh penjuru Indonesia. Namun, di Hotel Yamato malah berkibar bendera Belanda tepatnya pada 18 September 1945 pukul 21.00 WIB.
Bendera Belanda merah, putih, dan biru tanpa persetujuan pemerintah Indonesia kawasan Surabaya dikibarkan pada tiang tingkat paling atas sisi sebelah utara Hotel Yamato.
ADVERTISEMENT
Esok harinya pemuda Surabaya sangat marah. Pihak Belanda menolak menurunkan bendera tersebut. Pemuda Surabaya tidak tinggal diam, ada yang masuk dalam hotel dan ada yang naik ke atas hotel.
Kemudian Hariyono dan Koesno Wibowo sukses merobek bagian biru bendera Belanda dan menaikkan bendera yang sudah terobek ke puncak tiang sebagai Sang Saka Merah Putih.

Insiden di Hotel Yamato

Ilustrasi Hotel Yamato. Foto: Wikimedia Commons
Insiden di Hotel Yamato merupakan peristiwa perobekan warna biru pada bendera Belanda yang berkibar di Hotel Yamato. Insiden yang terjadi pada 19 September 1945 ini dilatarbelakangi oleh kegagalan perundingan antara Soedirman dan Victor Willem Charles Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda.
Kejadian tersebut lantas menimbulkan kemarahan mayarakat Surabaya dan menyebabkan perseteruan dengan tentara Belanda. Peristiwa inilah yang melatarbelakangi Pertempuran Surabaya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Membedah Keberagaman Umat Islam Indonesia Menuju Masyarakat Madani oleh Abdullah Hehamahua, berikut adalah kronologi insiden di Hotel Yamato yang menjadi salah satu penyebab meletusnya Pertempuran Surabaya.

Kronologi Pertempuran Surabaya

Bermula ketika sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Ploegman secara paksa menurunkan bendera merah putih di atas Hotel Yamato pada 18 September 1945 malam. Sebagai gantinya, mereka mengibarkan bendera Belanda dan menjadikan Hotel Yamato sebagai markas Angkatan Laut Belanda.
Keesokannya, para pemuda Surabaya yang melihatnya marah karena menganggap Belanda menghina kedaulatan Indonesia.
Tidak lama selepas massa berkumpul di Hotel Yamato, Soedirman yang saat itu menjabat sebagai wakil residen Surabaya, memasuki hotel tersebut dikawal oleh Sidik dan Hariyono.
Sebagai perwakilan Surabaya, Soedirman berunding dengan Ploegman dan kawan-kawannya untuk meminta agar bendera Belanda segera diturunkan. Sayangnya, Ploegman menolak, bahkan tidak mengakui kedaulatan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Perundingan tersebut berlangsung panas, bahkan Ploegman mengeluarkan pistol dan menyebabkan terjadinya perkelahian.
Akibat perkelahian itu, Ploegman meninggal karena dicekik Sidik. Sidik pun tewas, ditembak oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman. Sementara itu, Soedirman dan Hariyono berhasil melarikan diri dari Hotel Yamato.
Sebagian pemuda Surabaya berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera.
Hariyono bersama Koesno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda. Mereka merobek bagian yang berwarna biru dan menaikkannya kembali ke puncak tiang bendera sebagai bendera Merah Putih.
ADVERTISEMENT

Serangan Arek-Arek Surabaya

Ilustrasi mobil Brigadir Jenderal Mallaby yang meledak dan menyebabkan pemiliknya tewas akibat pertempuran dengan arek-arek Surabaya. Foto: Wikimedia Commons
Pada tanggal 27 Oktober 1945, meletus pertempuran pertama di antara arek-arek Surabaya dengan tentara Belanda dan sekutunya, yaitu tentara Inggris. Awalnya, hanya terjadi serangan-serangan kecil, tetapi kemudian berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa.
Akhirnya, Jenderal D. C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Soekarno untuk meredakan situasi. Atas campur tangan Soekarno, terjadi semacam gencatan senjata di antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris.
Meskipun begitu, tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur) pada 30 Oktober 1945.
Menurut Andi Fajar Asti dalam buku Nalar Pemuda (Optimisme Keindonesiaan untuk Nusantara Berkemajuan), kematian Mallaby tersebut membuat pihak Inggris marah.
ADVERTISEMENT
Pengganti Mallaby, Mayor Jenderal E. C. Mansergh, kemudian mengeluarkan ultimatum agar para pemuda Indonesia menyerah paling lambat tanggal 10 November 1945.
Ultimatum tersebut juga memerintahkan semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata untuk melapor dan meletakkan senjata di tempat yang telah ditentukan dan menyerahkan diri sambil mengangkat tangan.
Ultimatum yang dikeluarkan tentara Inggris ini dianggap sebagai penghinaan terhadap para pejuang dan rakyat yang telah banyak membentuk milisi di mana-mana. Dengan sendirinya, ultimatum tersebut ditolak.
Alasannya, Indonesia merupakan negara merdeka dan beradaulat sehingga tidak bisa diperintah pihak asing. Terlebih lagi, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara.
Akhirnya, para pemuda Surabaya tetap bertempur membela tanah kelahirannya. Tokoh yang sangat berperan dalam membakar semangat pada pemuda saat itu adalah Bung Tomo.
ADVERTISEMENT
Hampir tiga minggu para pemuda mempertahankan Surabaya hingga banyak korban jatuh akibat pertempuran ini. Untuk mengenang peristiwa ini, pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai peringatan Hari Pahlawan.
(Ek & SFR)