Konten dari Pengguna

Menilik Asal-Usul Tradisi Labuhan di Yogyakarta

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
19 Oktober 2023 21:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tradisi Labuhan. Sumber: Unsplash.com/Herry Sutanto
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tradisi Labuhan. Sumber: Unsplash.com/Herry Sutanto
ADVERTISEMENT
Setiap wilayah di negara Indonesia umumnya mempunyai suku, ras, agama, serta tradisi masing-masing. Salah satu contoh adalah wilayah Yogyakarta yang mempunyai tradisi Labuhan.
ADVERTISEMENT
Labuhan termasuk tradisi rutin yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, yakni mulai tahun 1755. Pada prosesi upacara Labuhan, ada sejumlah benda yang dilarung ke air, seperti nasi tumpeng, jajanan, pasar, bunga, dan sebagainya.

Tradisi Labuhan di Yogyakarta

Ilustrasi Tradisi Labuhan. Sumber: Unsplash.com/Afif Rahman
Tradisi Labuhan merupakan salah satu bukti dari keberagaman di Indonesia. Tradisi tersebut melekat bagi masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta.
Labuhan itu sendiri merupakan sebuah prosesi upacara yang dilakukan secara resmi oleh Keraton Yogyakarta. Upacara Labuhan biasanya dilakukan pada peristiwa tertentu, seperti:
Pada pelaksanaannya, Labuhan identik dengan kegiatan membuang benda-benda ke Laut Selatan, Gunung Lawu, Gunung Merapi, atau tempat khusus lain. Beberapa jenis benda yang biasa dilarung saat Labuhan, yaitu:
ADVERTISEMENT

Asal-Usul Tradisi Labuhan Yogyakarta

Ilustrasi Tradisi Labuhan. Sumber: Unsplash.com/Farano Gunawan
Labuhan merupakan tradisi Yogyakarta sejak ratusan tahun lalu. Mengutip dari buku 100 Tradisi Unik di Indonesia karya Fatiharifah (2017: 47), Labuhan diadakan sehari setelah Pangeran Mangkubumi dinobatkan menjadi Sultan Hamengku Buwono I (Raja I).
Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1755. Tujuan dari Labuhan adalah meminta keselamatan, baik itu untuk Sri Sultan Hamengku Buwono, Keraton, maupun rakyat di Yogyakarta.
Mengutip dari buku yang sama Fatiharifah (2017: 47), sejak raja ke-9 bertahta, Labuhan dilakukan satu hari setelah ulang tahun menurut penanggalan Jawa, yakni tanggal 25 Bakda Mulud. Raja enggan memperingati hari penobatannya yang saat itu dilakukan oleh Belanda.
ADVERTISEMENT
Layaknya sebuah upacara tradisi, upacara Labuhan pun memiliki serangkaian persiapan. Persiapan upacara Labuhan dilakukan tiga hari sebelum pelaksanaan.
Tahapan persiapan Labuhan meliputi beberapa kegiatan, yakni:
Demikian menjadi jelas bahwa tradisi Labuhan merupakan budaya Yogyakarta yang telah berlangsung sejak tahun 1755. Tradisi tersebut bermula dari penobatan Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan Hamengku Buwono I. (AA)