Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Menilik Masa Transisi Orde Lama ke Orde Baru
29 September 2023 22:35 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Transisi dari Orde Lama ke Orde Baru dalam sejarah Indonesia merupakan periode yang penuh dengan teka-teki dan perbedaan interpretasi.
ADVERTISEMENT
Untuk mengetahui penjelasan lebih tentang masa transisi orde lama ke orde baru, simak uraian berikut ini.
Cerita Singkat Masa Transisi Orde Lama ke Prde Baru
Salah satu dokumen kunci dalam transisi ini adalah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditulis oleh Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966.
Dalam buku Membongkar Supersemar!, F.X. Baskara Tulus Wardaya menjelaskan bahwa hingga saat ini dokumen asli Supersemar belum ditemukan. Wardaya juga menjelaskan adanya berbagai versi mengenai isinya.
Salinan Supersemar yang ada saat ini tidak asli dan berasal dari berbagai sumber seperti Sekretariat Negara, Pusat Penerangan Angkatan Darat TNI, dan Akademi Kebangsaan.
Salah satu saksi mata, Atmadji Sumarkidjo, mengaku melihat fotokopi Supersemar yang dipegang oleh Jenderal M. Yusuf. Namun, fotokopi ini juga tidak begitu jelas, sehingga isinya masih menjadi misteri.
ADVERTISEMENT
Salah satu perbedaan interpretasi utama terkait Supersemar adalah mengenai apakah dokumen ini adalah pengalihan kekuasaan penuh kepada Jenderal Soeharto atau hanya memberikan wewenang keamanan dan ketertiban kepada Soeharto.
Bagi beberapa pihak, Supersemar dianggap sebagai tiket ekspres bagi Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan tertinggi di Indonesia dan membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Namun, ada perbedaan pandangan dengan Presiden Soekarno. Baginya, Supersemar hanya memberikan wewenang kepada Soeharto untuk menjaga keamanan dan ketertiban tanpa mengalihkan kekuasaan penuh.
Hal ini menciptakan ruang interpretasi yang luas terhadap isi Supersemar.
Peristiwa di Balik Supersemar
Peristiwa di balik Supersemar terjadi setelah Gerakan 30 September 1965, yang menewaskan perwira tinggi Angkatan Darat dan memicu berbagai gejolak di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Soekarno kemudian menunjuk Soeharto sebagai Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkokamtib) pada Desember 1965.
Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai apakah Surat Perintah Sebelas Maret benar-benar diperlukan.
Proses Transisi Orde Lama ke Orde Baru
Dalam proses transisi ini, interpretasi berbeda antara Soekarno dan ketiga jenderal yang terlibat.
Bagi Soekarno, Soeharto hanya diberi wewenang teknis untuk menjaga situasi dalam negeri, sementara keputusan politik tetap di tangan Soekarno. Namun, bagi ketiga jenderal itu, Supersemar memberikan wewenang yang lebih luas kepada Soeharto.
Transisi dari orde lama ke orde baru mencakup momen penandatanganan Supersemar yang penuh dengan perdebatan.
Meskipun tidak ada ancaman fisik yang terdokumentasi, interpretasi berbeda muncul, termasuk klaim bahwa Soekarno menandatanganinya di bawah tekanan.
ADVERTISEMENT
Dalam waktu singkat setelah Supersemar dikeluarkan, Soeharto segera membubarkan PKI, dan mengakhiri periode Orde Lama. Setelah itu, Soeharto mengonsolidasikan kekuasaan dan berkuasa selama 32 tahun.
Masa transisi ini penuh dengan misteri dan perbedaan interpretasi, yang terus menjadi subjek perdebatan hingga saat ini.
Transisi dari Orde Lama ke Orde Baru adalah bagian penting dari sejarah Indonesia yang masih memerlukan pengungkapan kebenaran untuk memahami masa lalu dan menerangi masa depan. (DAI)