Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Mitos Pantai Selatan dan Kisah Mistisnya yang Masih Dipercaya hingga Kini
28 Maret 2025 19:22 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Mitos Pantai Selatan telah menjadi bagian dari kepercayaan masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun. Kepercayaan ini berkembang dari legenda Nyi Roro Kidul yang dikenal sebagai penguasa Laut Selatan.
ADVERTISEMENT
Banyak orang masih meyakini mitos tersebut dan menjadikannya sebagai pedoman dalam beraktivitas di kawasan pantai.
Mitos Pantai Selatan
Mitos Pantai Selatan berkaitan erat dengan kepercayaan akan keberadaan Nyi Roro Kidul sebagai penguasa lautan.
Mengutip dari bantulkab.go.id, Pantai Selatan sendiri adalah wilayah pesisir yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan dikenal dengan ombak besar serta mitos-mitos yang berkembang di masyarakat.
Salah satu mitos yang paling terkenal adalah larangan mengenakan baju hijau saat berada di Pantai Selatan.
Warna hijau diyakini sebagai warna kesukaan Nyi Roro Kidul, sehingga siapa pun yang mengenakan pakaian berwarna tersebut dikhawatirkan akan ditarik ke laut sebagai persembahan.
Keyakinan ini begitu kuat sehingga banyak wisatawan maupun warga lokal menghindari penggunaan warna hijau saat berkunjung ke pantai.
ADVERTISEMENT
Selain larangan berpakaian hijau, Pantai Parangtritis juga dikenal dengan berbagai kepercayaan yang menghormati keberadaan Nyi Roro Kidul.
Mitos yang berkembang menyebutkan bahwa Nyi Roro Kidul memiliki istana gaib di dasar laut dan sesekali muncul dalam wujud wanita cantik.
Masyarakat percaya bahwa ia memiliki kekuatan untuk mengambil siapa saja yang dianggap melanggar aturan atau tidak menghormatinya. Oleh sebab itu, masyarakat setempat sering mengadakan ritual tertentu untuk meminta perlindungan.
Upacara sakral di Laut Selatan juga menjadi bagian dari mitos yang masih dijalankan hingga kini.
Salah satu tradisi yang masih lestari adalah menenggelamkan kepala kerbau, makanan, dan bunga ke laut sebagai bentuk penghormatan kepada Nyi Roro Kidul.
Upacara ini diyakini sebagai cara untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan penghuni gaib laut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masyarakat Jawa juga menganggap Laut Selatan sebagai tempat yang sakral, di mana berbagai makhluk halus berkumpul dan menjaga keseimbangan alam.
Fenomena alam yang terjadi di Pantai Selatan juga sering dikaitkan dengan mitos yang ada.
Munculnya kabut tebal di kawasan pantai kerap dianggap sebagai tanda kehadiran makhluk halus atau sebagai peringatan dari Nyi Roro Kidul.
Namun, menurut ahli meteorologi, kabut tersebut sebenarnya disebabkan oleh perbedaan suhu antara udara yang hangat dan permukaan laut yang lebih dingin. Kendati demikian, kepercayaan akan mitos ini tetap kuat di tengah masyarakat.
Selain mitos yang berkaitan dengan hal gaib, Pantai Selatan juga dikenal memiliki tingkat abrasi yang cukup tinggi.
Gelombang besar dari Samudera Hindia menyebabkan pasir pantai terus terkikis dan mengancam bangunan di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Pemerintah setempat telah melakukan berbagai upaya mitigasi, seperti memasang pemecah ombak dan menanam mangrove. Akan tetapi, kondisi geografis pantai yang berbeda dari daerah lain membuat abrasi tetap menjadi ancaman yang serius.
Percaya atau tidak, mitos Pantai Selatan telah menjadi bagian dari budaya dan sejarah yang terus hidup dalam masyarakat. Kepercayaan ini membentuk aturan tidak tertulis yang dipegang oleh banyak orang saat mengunjungi pantai. (Shofia)