Konten dari Pengguna

Mitos Rumah Menghadap ke Barat yang Beredar dalam Kepercayaan Tradisional

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
2 Mei 2025 19:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mitos rumah menghadap ke barat, foto: unsplash/todd kent
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mitos rumah menghadap ke barat, foto: unsplash/todd kent
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, arah hadap rumah kerap menjadi bahan pertimbangan penting yang tidak lepas dari pengaruh budaya dan kepercayaan turun-temurun. Salah satu arah yang paling menarik untuk dibahas adalah mitos rumah menghadap ke barat.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan terkait arah ini tidak berdiri dalam satu budaya saja, melainkan muncul dalam berbagai tradisi seperti masyarakat Bugis, prinsip feng shui dari Tiongkok, hingga ajaran arsitektur tradisional Jawa.

Makna Budaya di Balik Arah Barat

Ilustrasi mitos rumah menghadap ke barat, foto: unsplash/Scott Webb
Mengutip dari situs uin-alauddin.ac.id, bagi masyarakat Bugis, mitos rumah menghadap ke barat dianggap memiliki nilai spiritual yang tinggi.
Alasannya sederhana, barat adalah arah kiblat dalam Islam. Maka dari itu, rumah dengan orientasi ini diyakini mendatangkan berkah serta kemudahan dalam menjalankan ibadah dan kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan itu, dalam ilmu feng shui, barat dikaitkan dengan unsur logam yang memengaruhi kreativitas, komunikasi, dan perjalanan. Rumah menghadap ke barat membawa energi yang kuat dan aktif.
Namun, jika tidak diseimbangkan secara tepat, energi ini bisa menimbulkan stres atau tekanan bagi penghuninya.
ADVERTISEMENT
Karena itu, penataan ruang yang selaras sangat disarankan agar manfaatnya bisa dirasakan sepenuhnya.
Mengutip dari situs uin-alauddin.ac.id, dalam kebudayaan Jawa, arah barat tidak dianggap sebagai arah terlarang, tetapi juga bukan pilihan utama dalam penataan rumah atau bangunan.
Hal ini berkaitan erat dengan filosofi kosmologi Jawa yang menjunjung harmoni antara manusia dan alam. Arah timur dan utara lebih disukai karena dianggap membawa makna positif, seperti permulaan baru, pertumbuhan, dan harapan.
Sementara itu, arah barat lebih sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat penutup atau akhir dari suatu siklus.
Meski begitu, dalam arsitektur tradisional, arah barat tetap mendapat pertimbangan, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan posisi ruangan tertentu.
Jadi, bukan berarti arah barat dihindari sepenuhnya, melainkan digunakan secara selektif sesuai konteks dan kebutuhan.
ADVERTISEMENT
Dari sisi kenyamanan, rumah yang menghadap ke barat kerap dinilai kurang ideal karena langsung terkena sinar matahari sore.
Paparan ini dapat meningkatkan suhu dalam ruangan dan membuat suasana di dalam rumah terasa lebih panas. Oleh sebab itu, pertimbangan arah mata angin dalam membangun rumah bukan hanya soal tradisi, tetapi juga kenyamanan dan efisiensi energi.
Mitos rumah menghadap ke barat menunjukkan keterkaitan erat antara budaya, spiritualitas, dan kenyamanan tempat tinggal. Dari kepercayaan yang sarat makna hingga pertimbangan praktis, tiap masyarakat memiliki cara tersendiri dalam memaknainya. (Echi)