Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Nilai Keteladanan Perang Diponegoro yang Bisa Dicontoh di Masa Kini
9 Februari 2024 23:19 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Perang Diponegoro terjadi akibat adanya konflik antara Belanda dan Indonesia. Dari peristiwa tersebut, dapat dipetik nilai keteladanan Perang Diponegoro.
ADVERTISEMENT
Simak nilai keteladanan Perang Diponegoro yang terjadi pada tahun 1825 - 1830 tersebut, di artikel berikut ini.
Nilai Keteladanan Perang Diponegoro
Penyebab utama Perang Diponegoro berdasarkan buku Sejarah 2 karya Sardiman adalah wilayah Mataram yang semakin sempit dan para raja yang mulai kehilangan kedaulatannya.
Sedangkan, Belanda mencampuri urusan internal kerajaan. Selain itu, Belanda juga tidak mau mengikuti adat istiadat keraton dan menghapus sistem penyewaan tanah oleh para bangsawan.
Di lain sisi, para ulama kecewa karena budaya Barat masuk ke Indonesia dan rakyat juga menderita karena harus kerja paksa dan membayar berbagai pajak.
Sedangkan, alasan khusus yang melatarbelakangi adalah pemasangan patok oleh Belanda untuk pembangunan jalan yang melintasi tanah dan makam leluhur Diponegoro.
ADVERTISEMENT
Dari berbagai penjelasan di atas, maka bisa disimpulkan beberapa hal yang merupakan nilai keteladanan yang bisa diambil dari Perang Diponegoro, antara lain:
1. Menjunjung Tinggi Harga Diri Keluarga
Pangeran Diponegoro sangat menghargai leluhurnya, bahkan demi mempertahankannya rela menjalani perang yang panjang dan pelik.
Begitu juga pada masa kini, kita perlu menjunjung tinggi martabat dan harga diri keluarga dari pihak luar sebagai bentuk bakti dan cinta terhadap mereka.
2. Membela Agama
Perang Diponegoro juga terjadi karena umat Islam saat itu merasa terancam dengan kemunculan budaya Barat. Maka, mereka membela agamanya dengan berperang.
Hal ini patut diteladani karena agama merupakan salah satu dasar dalam bernegara. Tentu juga agama merupakan dasar keimanan seseorang.
3. Berpikir Kritis dan Inisiatif
Perang Diponegoro mampu merancang dengan baik taktik perang, seperti mengembangkan penggunaan provokator dan intelijen juga gerilya untuk melawan Belanda.
ADVERTISEMENT
Hal ini patut diteladani bahwa di saat-saat pelik yang banyak masalah, kita perlu mampu berpikir kritis dan berinisiatif untuk mengembangkan ide baru sebagai solusi.
4. Cinta Tanah Air
Perang Diponegoro yang terjadi karena kedatangan Belanda, menunjukkan betapa Pangeran Diponegoro dan pemimpin lainnya sangat mencintai tanah air.
Mereka tidak mau dan tidak rela kalau negara Indonesia dijajah oleh Belanda dan masyarakat pribumi justru menderita di dalamnya.
5. Berani dan Pantang Menyerah
Semua orang yang terlibat dalam perang sudah pasti memiliki sikap berani, pantang menyerah, dan bahkan rela mati demi bangsa dan negeri.
Terbukti dengan gugurnya hingga 200 ribu orang Jawa saat itu yang sama sekali tak menyurutkan semangat dari para pejuang di bawah kepemimpinan Pangeran Diponegoro.
Demikian adalah nilai keteladanan Perang Diponegoro yang bisa dicontoh oleh pemuda pemudi masa kini. (SP)
ADVERTISEMENT