Konten dari Pengguna

Nyadran, Tradisi Jelang Ramadan di Jawa

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
26 Februari 2025 22:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi nyadran. Pexels/RDNE Stock project
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nyadran. Pexels/RDNE Stock project
ADVERTISEMENT
Nyadran adalah tradisi masyarakat Jawa yang dilakukan menjelang bulan Ramadan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini mencerminkan kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun, mencakup berbagai ritual seperti membersihkan makam, berdoa bersama, serta membagikan makanan kepada sanak saudara dan tetangga.

Makna dan Sejarah Nyadran

Ilustrasi nyadran. Pexels/Baarast Project
Sebagai salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini, nyadran memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Jawa. Tradisi ini berasal dari kebudayaan Hindu-Buddha yang kemudian mengalami akulturasi dengan ajaran Islam.
Tradisi ini menjadi wujud penghormatan kepada leluhur sekaligus pengingat akan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong.
Hal ini seperti yang tertulis dalam jurnal e-jurnal.unisda.ac.id, tradisi ini merupakan peninggalan Hindu dengan sentuhan ajaran Islam. Sebagai bentuk komunikasi ritual di antara orang Jawa.
Dalam pelaksanaannya, biasanya diawali dengan membersihkan makam keluarga. Setelah itu, masyarakat akan berkumpul untuk berdoa bersama, membaca tahlil, dan mengirimkan doa untuk arwah leluhur.
ADVERTISEMENT
Salah satu bagian penting dari tradisi ini adalah sedekah makanan, di mana makanan khas seperti tumpeng atau nasi berkat dibagikan kepada kerabat dan tetangga sebagai simbol rasa syukur.

Perannya dalam Masyarakat Modern

Ilustrasi nyadran. Pexels/Ditta Alfianto
Di era modern, tradisi ini tetap memiliki peran penting dalam mempererat hubungan sosial. Tradisi ini menjadi momen berkumpulnya keluarga besar yang tersebar di berbagai daerah, sehingga memperkuat tali silaturahmi.
Selain itu, tradisi ini juga menjadi sarana untuk melestarikan budaya lokal agar tetap dikenal oleh generasi muda. Setiap daerah di Jawa memiliki ciri khas tersendiri dalam merayakannya.
Di Yogyakarta dan Jawa Tengah, misalnya, tradisi ini sering dikaitkan dengan ritual Grebeg Maulud yang juga mengandung unsur religi dan budaya.
Sementara itu, di daerah pesisir, sering dilakukan dengan larung sesaji ke laut sebagai simbol penghormatan kepada alam. Sebagai tradisi yang kaya akan nilai budaya dan religi, nyadran tetap relevan hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual membersihkan makam, tetapi juga menjadi simbol penghormatan kepada leluhur serta momen mempererat kebersamaan dalam masyarakat.
Dengan terus melestarikan nyadran, generasi mendatang dapat tetap mengenal dan menghargai warisan budaya Jawa yang penuh makna. (Rahma)