Konten dari Pengguna

Pakaian Adat Sumatera Selatan: Warisan Budaya yang Perlu Dilestarikan

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
5 November 2024 12:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pakaian adat Sumatera Selatan. Foto: Pexels.com/iskandar zovanda
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pakaian adat Sumatera Selatan. Foto: Pexels.com/iskandar zovanda
ADVERTISEMENT
Pakaian adat Sumatera Selatan merupakan bagian integral dari budaya dan tradisi masyarakatnya.
ADVERTISEMENT
Karya seni yang dihasilkan dari berbagai jenis pakaian ini tidak hanya mencerminkan keindahan, tetapi juga menunjukkan nilai-nilai sejarah, status sosial, dan identitas masyarakat.
Dengan beragam corak, warna, dan aksesoris yang menawan, pakaian ini kerap dikenakan dalam berbagai upacara, khususnya pernikahan, yang merupakan momen sakral bagi setiap individu.

Pakaian Adat Sumatera Selatan

Ilustrasi pakaian adat Sumatera Selatan. Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
Mengutip dari YouTube BSPJI Palembang, pakaian adat Sumatera Selatan dikenal karena kemewahan dan keanggunannya.
Warna-warna yang digunakan, seperti merah jambu, emas, dan ungu, memiliki makna tersendiri dan seringkali menjadi simbol dari kebahagiaan serta kemakmuran.
Kebanyakan pakaian atau baju adat Sumatera Selatan ini terbuat dari kain berkualitas tinggi, seperti beludru dan kain songket, yang kaya akan motif dan hiasan.
Hiasan berupa sulaman emas dan perhiasan tradisional menambah daya tarik serta menjadikan pakaian ini terlihat glamor.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh pakaian adat yang terkenal adalah Aesan Gede, yang sering digunakan dalam upacara pernikahan.
Aesan Gede melambangkan kesopanan dan kemewahan. Pakaian ini biasanya terdiri dari baju kurung yang panjang, dipadukan dengan kain songket yang dijadikan sebagai bawahan.
Aksesori yang dikenakan, seperti mahkota dan bungo cempako, menambah kesan megah pada penampilan pengantin.
Pemilihan warna dan detail hiasan pada Aesan Gede menggambarkan tradisi kerajaan Sriwijaya yang berpengaruh dalam budaya Sumatera Selatan.
Selanjutnya, terdapat Pak Sangkong, yang dikhususkan untuk pengantin perempuan. Pakaian ini memiliki desain yang lebih tertutup dan mengikuti norma-norma syariat Islam.
Terbuat dari beludru yang lembut dan dilapisi dengan kain katun, Pak Sangkong dilengkapi dengan ornamen kuningan yang bercorak bunga.
ADVERTISEMENT
Karakteristik tertutup pada pakaian ini mencerminkan penghormatan terhadap nilai-nilai tradisional dan agama yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Sumatera Selatan.
Selain itu, Aesan Anggon merupakan pakaian adat lain yang memiliki makna penting. Aesan Anggon berasal dari Kabupaten Banyuasin dan sering digunakan dalam berbagai perayaan, menunjukkan keindahan serta keistimewaan yang dimiliki daerah tersebut.
Pakaian ini juga terbuat dari kain yang berkualitas dan dihiasi dengan aksesoris yang sesuai dengan konteks acara.
Budaya dan tradisi masyarakat Sumatera Selatan sangat dipengaruhi oleh sejarah kerajaan Sriwijaya, yang terlihat jelas dalam desain dan pemilihan bahan pakaian adatnya.
Penggunaan kain songket yang dihiasi dengan motif tradisional tidak hanya sebagai hiasan, tetapi juga sebagai simbol dari nilai-nilai luhur dan cerita yang hidup dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pakaian adat dari Sumatera Selatan tidak sekadar berfungsi sebagai busana, melainkan juga sebagai sarana untuk melestarikan warisan budaya dan tradisi.
Dengan keindahan dan makna yang terkandung di dalamnya, pakaian ini menjadi identitas yang kuat bagi masyarakat yang mengenakannya.
Sebagai penutup, pakaian adat Sumatera Selatan adalah representasi yang indah dari sejarah dan tradisi yang kaya.
Keberagaman dan keanggunan dari pakaian adat ini mencerminkan identitas masyarakat serta upaya untuk mempertahankan nilai-nilai budaya yang telah ada sejak zaman dahulu. (Khoirul)