Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Panglima Perang Kerajaan Demak yang Memimpin Penyerangan Terhadap Portugis
13 Mei 2024 19:55 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Panglima perang Kerajaan Demak yang memimpin penyerangan terhadap kedudukan Portugis di Sunda Kelapa adalah Fatahillah atau dikenal juga dengan nama Faletehan.
ADVERTISEMENT
Seperti apa sosoknya? Berikut adalah pembahasan lebih lanjut tentang Fatahillah yang merupakan panglima perang Kerajaan Demak.
Panglima Perang Kerajaan Demak
Fatahillah merupakan seorang pemuda Aceh yang baru saja menyelesaikan pendidikan di Mekah. Namun rupanya, kala itu Aceh sedang dikuasai oleh Portugis.
Oleh karena itu, dia memilih pergi ke Kerajaan Demak yang diketahui memiliki hubungan baik dengan Kerajaan Samudera Pasai.
Fatahillah sempat singgah lama di Cirebon hingga menikah dengan anak perempuan dari Sunan Gunung Jati. Fatahillah juga aktif menyebarkan agama Islam hingga menjadi warga kehormatan Cirebon.
Setelah itu, baru Fatahillah menuju Demak yang segera disambut hangat oleh Sultan Trenggana. Fatahillah dianggap mampu memperkuat pertahanan Islam sekaligus menjadi panglima perang untuk melawan Portugis.
ADVERTISEMENT
Bukti keseriusan Sultan Trenggana adalah dengan menikahkannya dengan adik perempuannya yang bernama Ratu Ayu Pembayun.
Setelah menyelesaikan tugasnya menyebarkan agama Islam di Demak sebagai syarat, Fatahillah akhirnya menjadi panglima perang yang memimpin sejumlah pasukan.
Sultan Demak menugaskan Fatahillah memimpin pasukan menyerbu Sunda Kelapa. Pada Juni 1527, pasukan Fatahillah bergerak dari darat dan laut.
Puncak pertempuran akhirnya terjadi hingga Portugis berhasil dipukul mundur dan Adipati Sunda Kelapa menyerahkan kekuasaan pada Fatahillah.
Penyerahan kekuasaan tersebut membuat Fatahillah merubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta secara resmi pada 22 Juni 1527 yang kemudian ditetapkan menjadi Hari Jadi Kota Jakarta.
Fatahillah kemudian mendirikan kadipaten di tepi barat Ciliwung yang berada di bawah pengawasan Kesultanan Banten. Dia juga mendirikan aryan di sebelah timur kali Ciliwung.
ADVERTISEMENT
Aryan adalah perumahan untuk para kadipaten dan anggota keluarganya yang didatangkan dari Banten. Di depan kadipaten, terdapat alun-alun dan masjid.
Data diatas sesuai dengan apa yang ditulis Ade Soekirno dalam buku Pangeran Jayakarta dan Alwi Shahab dalam buku Maria van Engels.
Demikian adalah pembahasan tentang Fatahillah sebagai panglima perang Kerajaan Demak yang memimpin penyerangan terhadap kedudukan Portugis di Sunda Kelapa. (SP)