Konten dari Pengguna

Pantangan Membangun Rumah Menurut Adat Jawa yang Perlu Dihindari

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
20 April 2025 8:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pantangan Membangun Rumah Menurut Adat Jawa. Pexels/Jessica Bryant
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pantangan Membangun Rumah Menurut Adat Jawa. Pexels/Jessica Bryant
ADVERTISEMENT
Pantangan membangun rumah menurut adat Jawa menjadi bagian penting dari budaya arsitektur tradisional yang masih dipegang oleh sebagian masyarakat hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Keyakinan ini tidak semata-mata berdasar mitos, tetapi memiliki nilai filosofis dan simbolik yang diwariskan turun-temurun.
Dikutip dari buku Filosofi Rumah Jawa, R. Tjahjono, 2015:57, membangun rumah tanpa memperhatikan pantangan dan perhitungan tertentu diyakini bisa membawa gangguan atau ketidakharmonisan dalam kehidupan penghuni.

Pantangan Membangun Rumah Menurut Adat Jawa

Ilustrasi Pantangan Membangun Rumah Menurut Adat Jawa. Pexels/Binyamin Mellish
Berikut ini beberapa pantangan membangun rumah menurut adat Jawa yang menjadi bagian penting dari budaya arsitektur tradisional.

1. Larangan Membangun pada Hari Nahas (Rebo Wekasan dan Selasa Kliwon)

Pantangan membangun rumah menurut adat Jawa yang pertama berkaitan dengan waktu. Hari-hari tertentu dianggap memiliki energi buruk atau nahas, seperti Rebo Wekasan dan Selasa Kliwon.
Menurut perhitungan primbon Jawa, hari-hari tersebut berada dalam naungan waktu yang kurang baik untuk memulai pembangunan karena dipercaya dapat membawa musibah atau kesialan dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Memilih hari yang tepat menjadi langkah awal menjaga keseimbangan energi dalam proses pembangunan rumah.

2. Tidak Boleh Menghadap Barat Langsung

Pantangan membangun rumah menurut adat Jawa berikutnya berkaitan dengan arah hadap bangunan.
Rumah yang langsung menghadap ke arah barat dianggap kurang baik, karena berasosiasi dengan arah matahari terbenam yang dalam kepercayaan lokal melambangkan akhir atau kematian.
Arah yang disarankan adalah timur atau selatan, yang memiliki makna kehidupan dan kesejahteraan. Arah rumah bisa memengaruhi keharmonisan antara penghuni dan alam sekitarnya.

3. Pantangan Menggunakan Angka Genap untuk Jumlah Anak Tangga

Hal lain yang termasuk pantangan membangun rumah dalam adat Jawa adalah jumlah anak tangga pada rumah panggung. Jumlah anak tangga sebaiknya ganjil karena diyakini lebih sesuai dengan nilai keseimbangan alam.
Angka genap dianggap tidak harmonis dan berpotensi membawa ketidakseimbangan dalam rumah tangga. Angka dalam budaya Jawa memiliki makna spiritual yang dalam, sehingga bukan sekadar hitungan biasa.
ADVERTISEMENT
Pantangan membangun rumah menurut adat Jawa bukan sekadar kepercayaan turun-temurun, tetapi juga mengandung pesan-pesan moral dan filosofi hidup.
Tiap aturan adat mencerminkan harapan akan ketenteraman, keseimbangan, dan keharmonisan dalam kehidupan penghuni rumah.
Mengikuti pantangan ini dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan leluhur, sekaligus upaya menciptakan hunian yang selaras secara spiritual. (Anggie)