Pengaruh Tiongkok di Sejarah Indonesia dari Zaman Kerajaan Hingga Kolonialisme

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
23 Maret 2024 21:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pengaruh tiongkok di sejarah indonesia. Sumber: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengaruh tiongkok di sejarah indonesia. Sumber: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengaruh Tiongkok di sejarah Indonesia tergolong besar, apalagi soal perdagangan. Tiongkok hadir bahkan sebelum masa kejayaan Kerajaan Majapahit.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial karya Waluyo, pengaruh Tiongkok di sejarah Indonesia bermula dari kesukaan masyarakat Kerajaan Majapahit terhadap barang-barang mewah hasil kreasi Negeri Tiongkok.
Pada artikel ini, akan menjelaskan pengaruh Tiongkok di sejarah Indonesia dari zaman kerajaan hingga kolonialisme.

Pengaruh Tiongkok di Sejarah Indonesia dari Zaman Kerajaan Hingga Kolonialisme

Ilustrasi pengaruh tiongkok di sejarah indonesia. Sumber: pixabay
Tiongkok datang ke Indonesia awalnya untuk berdagang ke Nusantara dengan membawa barang seperti sutra, porselen, dan sampang atau pernis.
Pada puncak kejayaan kerajaan Hindu-Buddha, beberapa orang pegawai kecil seperti para awak perahu, serta pedagang-pedagang yang terdapat di sepanjang Kali Brantas merupakan orang-orang keturunan Tionghoa.
Tidak sedikit yang akhirnya menetap lalu melangsungkan perkawinan dengan penduduk setempat sembari perlahan-lahan memeluk Islam. Kesamaan agama membuat orang Tiongkok melenggang dalam hubungan kerja sama di bidang perdagangan.
ADVERTISEMENT
Selama berabad-abad kemudian, orang Tionghoa terus memainkan perannya yang amat penting dalam kehidupan ekonomi dan sosial pada pedalaman Kerajaan-kerajaan Jawa di Indonesia.
Melalui keuletannya berdagang, pada abad ke-17 Kerajaan Mataram mendapatkan sumber pendapatan tahunan dari aktivitas berdagang orang Tiongkok dari kelihaiannya menjual beras dan kayu jati.
Para penguasa Jawa saat itu membutuhkan orang Tiongkok dengan segala kegiatannya di bidang perdagangan. Kebutuhan akan peranan ini tercermin dalam kedudukan administratif dan hukum istimewa yang diberikan.
Melihat kepiawaian orang Tiongkok dalam berdagang, kongsi dagang Belanda VOC menjadi kepincut setelah menguasai Jayakarta hingga mengubahnya menjadi Batavia pada tahun 1619.
Gubernur Jenderal VOC terang-terangan memuji orang Tiongkok dan menjadikannya sebagai mitra dagang.
Saking kepincutnya, Belanda berusaha merayu semua saudagar Tionghoa di wilayah Banten untuk pindah ke Batavia tetapi ditentang keras oleh Sultan Banten, yang mengerti bahwa kalau orang Tiongkok pergi maka perdagangan di Banten akan lenyap.
ADVERTISEMENT
Orang Tiongkok di Batavia juga berprofesi sebagai nelayan, tukang jahit, tukang batu, dan tukang kayu. Batavia tidak mungkin berdiri tanpa orang Tiongkok
Dalam mendatangkan orang Tionghoa ke Batavia, Gubernur VOC melegalkan berbagai macam cara. Dari mulai merayu orang Tiongkok untuk pindah ke Batavia dengan embel-embel janji pembebasan biaya tol dan cukai sampai 1 Oktober 1620.
Selain itu juga memerintahkan para pejabat kompeni untuk memperlakukan pedagang Tiongkok dengan baik di wilayah yang netral, seperti Pattani, Siam atau sekarang disebut Thailand, Singapura.
Semua itu dilakukan oleh pemerintah kolonial tujuan menggali keuntungan sebesar-besarnya.
Demikian penjelasan mengenai pengaruh Tiongkok di sejarah Indonesia dari zaman kerajaan hingga kolonialisme. (ARH)