Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
11 Ramadhan 1446 HSelasa, 11 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Pengertian Tradisi Ngaben dalam Agama Hindu dan Tujuannya
6 Maret 2025 13:21 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Upacara ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya dan kepercayaan masyarakat Bali.
Ngaben bukan hanya sekadar ritual tetapi juga bukti kuatnya hubungan manusia dengan kepercayaan, alam, dan kehidupan setelah kematian.
Pengertian Tradisi Ngaben
Dikutip dari situs kesrasetda.bulelengkab.go.id dan banjar.bulelengkab.go.id, tradisi ngaben merupakan upacara pembakaran jenazah umat Hindu di Bali.
Upacara ngaben adalah suatu ritual yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengembalikan roh leluhur ke tempat asalnya. Ngaben dalam bahasa Bali memiliki konotasi halus yang sering disebut palebon.
Palebon berasal dari kata ‘lebu’ yang memiliki arti prathiwi atau tanah. Palebon artinya menjadikan prathiwi atau abu. Untuk menjadikan tanah tersebut ada 2 cara, yakni dengan cara membakar atau ngaben dan menanam ke dalam tanah atau metanem.
ADVERTISEMENT
Dalam upacara ngaben, jenazah diletakkan dengan posisi seperti orang tidur. Keluarga yang ditinggalkan pun akan beranggapan orang yang meninggal itu sedang tertidur.
Dalam upacara ngaben, tidak ada air mata. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan bahwa jenazah dianggap hanya ada untuk sementara waktu bersifat sementara dan akan menjalani reinkarnasi atau jenazah akan menemukan peristirahatan terakhir di moksha.
Moksha adalah suatu keadaan di mana jiwa telah bebas dari reinkarnasi dan roda kematian.
Tujuan Tradisi Ngaben
Dikutip dari situs kesrasetda.bulelengkab.go.id, tujuan dari ngaben adalah mempercepat ragha sarira agar dapat kembali ke asalnya. Upacara ini mempercepat perjalanan atma menuju alam pitra dengan memanfaatkan unsur-unsur alam semesta atau Panca Maha Bhuta.
Ngaben berlandaskan filosofi ajaran Hindu, yaitu Panca Sradha, yang mencakup lima keyakinan utama, yakni Brahman, Karmaphala, Samsara, Atman, dan Moksa.
ADVERTISEMENT
Selain sebagai bagian dari keyakinan spiritual, ngaben juga merupakan wujud kasih sayang terhadap leluhur serta bentuk bakti seorang anak kepada orang tuanya. Ngaben adalah proses pengembalian unsur panca maha butha kepada Sang Pencipta.
Ngaben disebut juga pitra yadnya (lontar yama purwana tattwa). Pitra berarti leluhur atau orang yang mati dan yadnya adalah persembahan suci yang tulus ikhlas.
Tradisi ngaben tidak hanya menjadi warisan budaya yang sakral tetapi juga menunjukkan nilai-nilai spiritual dan sosial dalam masyarakat Bali.
Dengan tetap menjaga dan melestarikan tradisi ini, generasi mendatang dapat terus memahami maknanya dan menghormati ajaran leluhur. (Mey)
Baca juga: Upacara Ngaben: Asal Usul dan Prosesinya