Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Perbedaan Golongan Tua dan Golongan Muda yang Memicu Peristiwa Rengasdengklok
12 Agustus 2023 19:22 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya dipenuhi dengan semangat kebersamaan, tetapi juga perbedaan pandangan yang sering kali menjadi pemicu peristiwa bersejarah. Misalnya, perbedaan golongan tua dan golongan muda mengenai waktu proklamasi.
ADVERTISEMENT
Perbedaan tersebut memicu terjadinya peristiwa Rengasdengklok. Untuk mengetahui penjelasan lebih lengkapnya, simak uraian di bawah ini.
Peristiwa Rengasdengklok
Mengutip situs menlhk.go.id, pada saat mendengar rumor bahwa Jepang mungkin akan menyerah dalam Perang Dunia II, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Namun, golongan tua enggan mengambil langkah tergesa-gesa. Mereka enggan melihat situasi berakhir dengan tindakan kekerasan ketika proklamasi diumumkan. Oleh karena itu, golongan tua memutuskan untuk mengadakan konsultasi melalui rapat PPKI.
Namun, pandangan ini tidak direspons baik oleh golongan muda. Mereka berharap bahwa kemerdekaan akan diperoleh melalui upaya rakyat sendiri tanpa campur tangan dari pihak Jepang.
Peristiwa Rengasdengklok pun terjadi pada 16 Agustus 1945 ketika sekelompok pemuda yang mewakili golongan muda kemudian menculik tokoh-tokoh nasional, seperti Soekarno dan M. Hatta.
ADVERTISEMENT
Golongan muda menuntut agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan. Tekanan dari golongan muda ini membuat Soekarno dan M. Hatta akhirnya setuju untuk melakukan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Perbedaan Golongan Tua dan Golongan Muda
Perbedaan pandangan antara golongan tua dan golongan muda dalam konteks peristiwa Rengasdengklok merupakan contoh nyata betapa kompleksnya dinamika politik dan perjuangan kemerdekaan.
Berikut adalah berbagai poin penting dari peristiwa Rengasdengklok yang berawal dari perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda tersebut:
1. Tokoh Golongan Tua
Golongan tua melibatkan tokoh-tokoh, seperti Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo, dan beberapa anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Mereka adalah tokoh-tokoh berpengaruh yang memiliki pengalaman dan pemahaman mendalam tentang politik dan diplomasi.
2. Pendapat Golongan Tua
Golongan tua berpendapat bahwa Indonesia harus melaksanakan proklamasi kemerdekaan setelah berunding dengan PPKI dan pemerintah Jepang.
ADVERTISEMENT
Pendekatan ini muncul dari keinginan untuk mengamankan dukungan internasional dan memastikan persiapan yang matang untuk pembangunan negara yang baru.
3. Tokoh Golongan Muda
Golongan muda, di sisi lain, diwakili oleh tokoh-tokoh, seperti Chaerul Saleh, Soekarni, Sayuti Melik, dan Wikana. Mereka adalah pemuda yang penuh semangat dan tekad untuk segera meraih kemerdekaan tanpa harus menunggu persetujuan pihak luar.
4. Pendapat Golongan Muda
Golongan muda berpendapat bahwa proklamasi kemerdekaan harus segera dilaksanakan tanpa harus berkonsultasi dengan pemerintah Jepang atau menunggu persiapan yang lebih lanjut dari PPKI.
Mereka merasa bahwa momentum telah tiba untuk mengambil tindakan tegas demi meraih kemerdekaan.
Demikianlah penjelasan mengenai perbedaan golongan tua dan golongan muda yang memicu peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa Rengasdengklok pun mengajarkan kita tentang pentingnya dialog, kompromi, dan tekad bersama dalam menghadapi tantangan sejarah .
ADVERTISEMENT