Konten dari Pengguna

Perbedaan Pebble Culture, Bone Culture, dan Flake Culture dalam Sejarah

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
7 Desember 2024 22:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perbedaan Pebble Culture, Bone Culture, dan Flake Culture. Foto: Pexels.com/Tyas Wahyu P.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perbedaan Pebble Culture, Bone Culture, dan Flake Culture. Foto: Pexels.com/Tyas Wahyu P.
ADVERTISEMENT
Perbedaan Pebble Culture, Bone Culture, dan Flake Culture menjadi salah satu bahasan penting dalam studi sejarah peradaban manusia.
ADVERTISEMENT
Ketiga kebudayaan ini mencerminkan tahapan perkembangan teknologi yang berbeda pada masa prasejarah.
Menelusuri karakteristik masing-masing kebudayaan yang unik dan relevansinya dalam perkembangan peradaban manusia menjadi hal penting yang tak boleh dilewatkan.

Perbedaan Pebble Culture, Bone Culture, dan Flake Culture

Ilustrasi Perbedaan Pebble Culture, Bone Culture, dan Flake Culture. Foto: Pexels.com/Teguh Dewanto
Perbedaan Pebble Culture, Bone Culture, dan Flake Culture merujuk pada tiga kebudayaan manusia purba yang berbeda berdasarkan jenis alat yang mereka gunakan dan teknik pembuatannya.
Ketiganya menunjukkan evolusi keterampilan dalam pemanfaatan sumber daya alam, baik dari batu, tulang, maupun serpihan batu, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Mengutip dari stonetoolsmuseum.com, Pebble Culture adalah kebudayaan yang mengandalkan batu besar atau batuan kasar yang diproses menjadi alat oleh manusia purba.
Alat-alat yang dihasilkan biasanya berupa batu yang dipukul hingga menghasilkan bagian yang tajam dan digunakan untuk memotong atau menghancurkan bahan lainnya.
ADVERTISEMENT
Dalam kebudayaan ini, manusia purba menggunakan batu sebagai alat utama, dan tidak ada pengolahan batu secara halus. Biasanya, kebudayaan ini diasosiasikan dengan Homo erectus, yang hidup pada masa pleistosen.
Salah satu contoh alat dari Pebble Culture adalah kapak perimbas, yang sering ditemukan di berbagai situs arkeologis, terutama di Indonesia.
Bone Culture berbeda karena menggunakan tulang hewan atau tanduk sebagai bahan utama untuk pembuatan alat.
Manusia purba pada kebudayaan ini memanfaatkan sisa-sisa fauna untuk membuat alat-alat yang lebih halus, seperti jarum atau alat penusuk yang runcing.
Teknik ini menunjukkan bahwa mereka memiliki keterampilan dalam memodifikasi bahan alam menjadi alat yang berguna untuk kehidupan sehari-hari, seperti dalam memproses bahan makanan atau membuat pakaian dari kulit hewan.
ADVERTISEMENT
Bone Culture banyak ditemukan di daerah-daerah dengan banyak fauna besar, dan seringkali ditemukan di situs gua yang ada di Eropa dan Asia.
Sedangkan Flake Culture mengacu pada kebudayaan yang lebih maju dalam teknik pembuatan alat batu.
Berbeda dengan Pebble Culture, di mana batu utuh hanya dipukul untuk menghasilkan bentuk kasar, Flake Culture memanfaatkan serpihan batu (flake) yang diambil dari batu besar yang dibelah.
Alat yang dihasilkan dari serpihan ini lebih halus dan lebih terkontrol dalam pembuatannya.
Flake Culture menunjukkan perkembangan teknologi alat yang lebih tinggi dan digunakan untuk berbagai keperluan, seperti memotong, mengukir, atau berburu.
Kebudayaan ini juga dapat dikaitkan dengan Homo sapiens atau manusia modern awal, yang menunjukkan kemampuan berpikir lebih kompleks dan keterampilan dalam pembuatan alat.
ADVERTISEMENT
Masing-masing kebudayaan ini mencerminkan tahap perkembangan teknologi manusia purba yang berbeda, serta menunjukkan adaptasi mereka terhadap lingkungan sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidup. (Shofia)