Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Perbedaan Perlawanan terhadap Belanda Sebelum dan Sesudah Abad ke-19
5 Agustus 2024 22:56 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bagaimana karakteristik perlawanan terhadap Belanda sebelum dan sesudah abad ke-19, menunjukkan perubahan yang signifikan dalam hal metode, tujuan, dan skala perlawanan.
ADVERTISEMENT
Artikel di bawah ini akan menjelaskan lebih lanjut perbedaannya berdasarkan apa yang ditulis dalam buku Sejarah oleh Nana Supriatna.
Perbedaan Perlawanan terhadap Belanda Sebelum dan Sesudah Abad ke-19
Kedatangan Belanda beserta beberapa negara Barat lainnya, seperti Portugis dan Spanol, yang dikuti dengan jatuhnya bangsa Indonesia menimbulkan reaksi.
Perlawanan dilakukan karena Belanda berusaha memaksakan kehendaknya dengan cara ingin memperluas kekuasaannya di Indonesia sambil merampas hak-hak tradisional kesultanan-kesultanan lslam di Indonesia.
Perlawanan tersebut dilakukan, baik pada masa awal kedatangan bangsa Barat, yaitu sebelum dan sesudah tahun abad ke-19. Pembagian waktu tersebut dilakukan untuk memudahkan pemahaman mengenai sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap bangsa-bangsa Barat tersebut.
Sebelum abad ke-19, perlawanan lebih bersifat fisik dan militer, dilakukan oleh kerajaan atau tokoh-tokoh lokal. Sesudah abad ke-19, perlawanan lebih terorganisir dengan munculnya organisasi politik, pers, dan gerakan intelektual.
ADVERTISEMENT
Perlawanan sebelum abad ke-19 cenderung bersifat lokal dan regional. Perlawanan sesudah abad ke-19 mulai bersifat nasional dengan tujuan kemerdekaan Indonesia.
Sebelum abad ke-19, tujuan utama adalah mempertahankan kekuasaan lokal dan kemerdekaan wilayah masing-masing. Sesudah abad ke-19, tujuan beralih kepada kemerdekaan nasional dan pembentukan negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Beberapa peperangan kerajaan yang populer sebelum abad ke-19, antara lain Perang Aceh (1873-1904) dan Perang Banten (1659-1684). Sedangkan, perlawanan daerah juga dilakukan, seperti Perlawanan Makassar (1666-1669) dan Perang Padri (1803-1837).
Beberapa tokoh yang dikenal pada masa ini adalah Sultan Agung dari Mataram, Pangeran Diponegoro, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten, dan Sultan Hasanuddin dari Gowa
Sedangkan, sesudah abad ke-19 mulai muncul organisasi modern seperti Budi Utomo (1908), Sarekat Islam (1912), dan Partai Nasional Indonesia (1927) yang berfokus pada pendidikan, ekonomi, dan politik untuk melawan penjajahan Belanda.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Kongres Pemuda 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda sebagai salah satu tonggak penting dalam perlawanan dan persatuan nasional.
Munculnya pers nasional seperti "De Locomotief" dan "Medan Prijaji" yang digunakan untuk menyuarakan perlawanan terhadap penjajah.
Ki Hajar Dewantara, Kartini, dan lainnya yang berjuang melalui pendidikan dan tulisan-tulisan untuk membangkitkan kesadaran nasional.
Demikian adalah jawaban akan pertanyaan dari bagaimana karakteristik perlawanan terhadap Belanda sebelum dan sesudah abad ke-19. (SP)