Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
24 Ramadhan 1446 HSenin, 24 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Perjuangan Bersenjata pada Era Kolonialisme di Nusantara
25 Februari 2024 22:23 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Perjuangan bersenjata telah menjadi bagian integral dari sejarah Nusantara selama periode kolonialisme yang panjang dan berkecamuk.
ADVERTISEMENT
Era ini ditandai dengan peperangan, pemberontakan, dan perlawanan yang gigih terhadap kekuasaan asing yang mencoba menguasai wilayah-wilayah di kepulauan ini.
Pengertian Perjuangan Bersenjata pada Era Kolonialisme
Mengutip buku IPS Terpadu Jilid 3A, pada dasarnya, perjuangan bersenjata pada era kolonialisme di Nusantara merujuk pada upaya para pahlawan lokal dan kelompok masyarakat untuk melawan penjajahan dan menjaga kedaulatan wilayah mereka.
Perjuangan ini melibatkan penggunaan senjata dan taktik perang dalam upaya untuk merebut kembali kemerdekaan dan otonomi.
Berbagai Ciri Perjuangan Bersenjata pada Era Kolonialisme
Ada beberapa ciri khas yang mencirikan perjuangan bersenjata pada era kolonialisme di Nusantara. Berikut ini adalah beberapa ciri yang menonjol dalam perjuangan dengan menggunakan senjata:
1. Gerilya
Gerilya menjadi salah satu strategi utama dalam perjuangan melawan penjajah.
ADVERTISEMENT
Para pejuang menggunakan taktik gerilya untuk mengganggu pasukan penjajah dengan serangan mendadak, serangan bom, dan serangan langsung terhadap pos-pos militer.
2. Pemberontakan
Pemberontakan besar-besaran juga sering terjadi, di mana kelompok-kelompok masyarakat bangkit melawan kekuasaan penjajah dengan menyerang instalasi-instalasi mereka.
3. Serangan Mendadak
Serangan mendadak menjadi salah satu cara efektif untuk menimbulkan kerusakan dan kekacauan di antara pasukan penjajah.
Dengan melakukan serangan tiba-tiba, para pejuang dapat menyebabkan kebingungan dan memperoleh keuntungan taktis.
4. Penyusupan
Penyusupan juga sering digunakan untuk merusak infrastruktur penjajah dan mengumpulkan informasi rahasia. Para pejuang menyusup ke dalam barisan musuh untuk melakukan sabotase atau mengumpulkan intelijen.
5. Sabotase
Sabotase merupakan tindakan yang bertujuan untuk mengganggu operasi dan aktivitas penjajah. Ini bisa berupa penghancuran infrastruktur, pembakaran pasokan, atau sabotase terhadap komunikasi dan transportasi.
ADVERTISEMENT
6. Perlawanan Lokal
Perlawanan lokal dari berbagai suku dan komunitas juga menjadi bagian penting dari perjuangan bersenjata. Mereka mempertahankan wilayah dan kebudayaan mereka dari upaya asing untuk menguasai mereka.
7. Peperangan Tak Beraturan
Peperangan tak beraturan sering terjadi di mana pertempuran-pertempuran terjadi secara sporadis dan tanpa aturan yang jelas. Ini membuat penjajah kesulitan untuk menghadapi musuh secara langsung.
8. Dipimpin oleh Tokoh Daerah
Perjuangan bersenjata pada era kolonialisme di Nusantara sering dipimpin oleh tokoh-tokoh lokal yang dihormati dan diakui oleh masyarakat setempat. Mereka menjadi simbol perlawanan dan memimpin gerakan untuk kemerdekaan.
Perjuangan bersenjata pada era kolonialisme di Nusantara mencerminkan tekad dan semangat para pejuang untuk mempertahankan kedaulatan dan martabat bangsa mereka.
Meskipun menghadapi tantangan besar, perjuangan bersenjata ini menjadi tonggak bersejarah dalam perjalanan menuju kemerdekaan dan otonomi yang akhirnya diraih oleh bangsa Indonesia. (AZ)
ADVERTISEMENT