Konten dari Pengguna

Perlawanan Mengusir Penjajah di Daerah Indonesia dan Kilas Baliknya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
19 Februari 2024 1:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perlawanan Mengusir Penjajah di Daerah. Sumber: Unsplash.com/Nik Shuliahin 💛💙
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perlawanan Mengusir Penjajah di Daerah. Sumber: Unsplash.com/Nik Shuliahin 💛💙
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum munculnya kebangkitan nasional pada tahun 1908, bangsa Indonesia telah melakukan perlawanan mengusir penjajah. Perlawanan mengusir penjajah di daerah Indonesia terjadi di banyak tempat, salah satunya di Tanah Batak.
ADVERTISEMENT
Perlawanan di Tanah Batak terjadi selama 29 tahun dengan dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII. Selain perlawanan oleh Sisingamangaraja XII, Belanda juga pernah mengalami perlawanan rakyat Indonesia di Tanah Maluku.

4 Perlawanan Mengusir Penjajah di Daerah Indonesia

Ilustrasi Perlawanan Mengusir Penjajah di Daerah. Sumber: Unsplash.com/Jonathan Kemper
Sebelum kebangkitan nasional muncul pada tahun 1908, perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah Belanda terjadi secara kedaerahan. Maksud dari kedaerahan adalah perlawanan dilakukan di daerah-daerah tertentu bersama pemimpinnya.
Kondisi itu membuat perlawanan mengusir penjajah di daerah Indonesia memiliki pemimpin yang berbeda-beda. Berikut penjelasan tentang perlawanan dari Sisingamangaraja XII, Sultan Agung Hanyokrokusumo, Sultan Hasanudin, dan Pattimura.

1. Perlawanan Sisingamangaraja XII

Perlawanan Sisingamangaraja XII di Tanah Batak terjadi sekitar 29 tahun. Hal itu terjadi karena gerakan pasukan Belanda membuat wilayah kekuasaan kerajaan Batak menjadi kian sempit.
ADVERTISEMENT
Sisingamangaraja XII pun memutuskan untuk menyerang markas Belanda di Tarutung sehingga perang sengit terjadi di sejumlah daerah. Contohnya, Butar, Bahal Batu, Siborong-Borong, Balige, Lumbanjulu, serta Labu Roti.
Sisingamangaraja XII gugur dalam pertempuran di wilayah Pakpak. Sejak saat itu, Belanda menguasai Tapanuli.

2. Perlawanan Sultan Agung Hanyokrokusumo

Mengutip dari buku Wahana IPS Kelas 5 SD, Tim Pena Cendekia (2007: 7), Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah Raja Kerajaan Mataram Islam yang ketiga. Perlawanan Sultan Agung Hanyokrokusumo terjadi dengan cara mengirimkan pasukannya ke Batavia.
Hal itu dilakukan karena VOC bertindak semena-mena terhadap rakyat. Sultan Agung Hanyokrokusumo sebagai penguasa Mataram tentu tidak menyukai hal itu sehingga melakukan penyerangan terhadap VOC pada tahun 1628.

3. Perlawanan Sultan Hasanudin

Perlawanan Sultan Hasanudin terhadap Belanda terjadi di wilayah Sulawesi. Perlawanan tersebut terjadi karena Belanda ingin menguasai pelabuhan Makassar.
ADVERTISEMENT
Belanda sempat mengalami kesulitan menghadapi Sultan Hasanudin. Kemudian, Belanda menggunakan strategi adu domba antara Sultan Hasanudin dengan Raja Bone.
Perang pun kembali terjadi pada 7 Juli 1667. Setelah sekian lama berjuang, Sultan Hasanudin terpaksa menerima tawaran damai melalui Perjanjian Bongaya di Desa Bongaya.

4. Perlawanan Pattimura

Mengutip dari buku yang sama, Tim Pena Cendekia (2007:9), perlawanan Pattimura muncul saat Belanda mendapatkan ha katas Maluku dalam Perjanjian London (1814). Kembalinya Belanda ke Tanah Maluku mendatangkan kebencian.
Rakyat Maluku pun akhirnya melakukan protes dengan dipimpin oleh Thomas Matulesy yang bergelar Pattimura. Pada tanggal 16 Mei 1783, aksi perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda pun dimulai.
Berdasarkan ulasan di atas, jelas bahwa perlawanan mengusir penjajah di daerah Indonesia terjadi sejak masa pendudukan Belanda. Indonesia mulai memaknai pentingnya persatuan, kesatuan, dan nasionalisme pada masa kebangkitan nasional 1908. (AA)
ADVERTISEMENT