Konten dari Pengguna

Romusha: Sistem Kerja Paksa pada Masa Pemerintahan Jepang

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
7 Februari 2024 21:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sistem Kerja Paksa pada Masa Pemerintahan Jepang Dikenal dengan. Sumber: Pexels.com/Moose Photos
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sistem Kerja Paksa pada Masa Pemerintahan Jepang Dikenal dengan. Sumber: Pexels.com/Moose Photos
ADVERTISEMENT
Setiap bangsa yang menjajah bangsa lain tentu memiliki misi untuk melakukan eksploitasi, termasuk bangsa Jepang. Salah satu contohnya adalah keberadaan sistem kerja paksa pada masa pemerintahan Jepang dikenal dengan istilah romusha.
ADVERTISEMENT
Romusha merupakan tindakan eksploitasi Jepang terhadap tenaga kerja Indonesia sebagai negeri jajahannya pada masa itu. Romusha membuat rakyat Indonesia melakukan kerja tanpa menerima upah.

Sistem Kerja Paksa pada Masa Pemerintahan Jepang Dikenal dengan Romusha

Ilustrasi Sistem Kerja Paksa pada Masa Pemerintahan Jepang Dikenal dengan. Sumber: Pexels.com/Andrea Piacquadio
Kerja paksa merupakan tindakan penjajahan yang pernah terjadi di Indonesia, baik itu pada masa Belanda maupun masa Jepang. Sistem kerja paksa pada masa pemerintahan Belanda dikenal dengan istilah kerja rodi.
Berbeda dengan masa Belanda, sistem kerja paksa pada masa pemerintahan Jepang dikenal dengan istilah romusha. Walaupun berbeda istilah, keduanya sama-sama menyiksa rakyat Indonesia sebagai bangsa yang dijajah pada masa tersebut.
Jepang terkenal dengan siasatnya yang seolah-olah baik kepada Indonesia. Salah satu contoh adalah dengan upaya membawa angin segar bahwa akan membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda.
ADVERTISEMENT
Kondisi itu, ternyata juga terjadi pada romusha. Mengutip dari buku Peristiwa Mandor Berdarah, Syafaruddin dan Isnawita (2009: 33), pada mulanya, tenaga romusha bersifat sukarela dan terdiri atas para pengangguran yang mencari kerja.
Romusha gelombang pertama dilepas dengan upacara kebesaran. Namun, rombongan berikutnya dilakukan tanpa upacara lagi.
Saat kebutuhan tenaga kerja meningkat, Jepang tidak lagi mengandalkan sukarelawan. Mengutip dari buku yang sama, Syafarudin dan Isnawita (2009: 33), Jepang memerintahkan para kepala desa untuk menyediakan warganya guna menjalankan tugas tersebut.

Keterbalikan Fakta Romusha

Ilustrasi Sistem Kerja Paksa pada Masa Pemerintahan Jepang Dikenal dengan. Sumber: Pexels.com/Andrea Piacquadio
Pada masa itu, pekerja romusha disanjung sebagai pahlawan oleh propaganda Jepang. Namun, faktanya berbalik dengan sanjungan yang ada.
Para pekerja ternyata diperlakukan lebih buruk daripada pekerja di masa kerja rodi. Pekerja romusha bekerja tanpa mengenal batas waktu dengan ransum yang sangat minim.
ADVERTISEMENT
Padahal pekerja romusha bekerja keras membuat kubu-kubu pertahanan, terowongan bawah tanah, hingga bangunan militer. Waktu kerja tanpa batas, ransum yang minim, serta ketiadaan upah merupakan sebab nyata kesengsaraan pekerja.
Pada masa itu, jumlah pekerja sangat cepat berkurang. Kondisi tersebut terjadi karena banyak pekerja yang meninggal dunia, baik itu karena kelaparan, sakit, maupun dibunuh.
Kini, jelas bahwa sistem kerja paksa pada masa pemerintahan Jepang dikenal dengan istilah romusha. Romusha sebagai kerja paksa tidak lebih baik dari kerja rodi, bahkan jauh lebih buruk dan menyiksa rakyat Indonesia di masa tersebut. (AA)