Konten dari Pengguna

Satu-satunya Titik Lemah Achilles dalam Mitologi Yunani

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
9 November 2024 23:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Satu-satunya titik lemah Achilles dalam mitologi Yunani. Foto: Pexels.com/Brett Sayles
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Satu-satunya titik lemah Achilles dalam mitologi Yunani. Foto: Pexels.com/Brett Sayles
ADVERTISEMENT
Satu-satunya titik lemah Achilles dalam mitologi Yunani menjadi simbol kelemahan manusia meskipun memiliki kekuatan besar.
ADVERTISEMENT
Achilles dikenal sebagai pahlawan terhebat dalam Perang Troya, dan kisahnya banyak diceritakan dalam puisi epik karya Homer.
Dengan kekuatan fisik dan keahlian bertempur yang luar biasa, Achilles dianggap tak terkalahkan, tetapi kisah ini menyimpan ironi tentang titik lemahnya yang berujung pada kehancurannya.

Satu-satunya Titik Lemah Achilles dalam Mitologi Yunani

Ilustrasi Satu-satunya titik lemah Achilles dalam mitologi Yunani. Foto: Pexels.com/Hert Niks
Dalam mitologi Yunani, apa satu-satunya titik lemah Achilles? Jawabannya adalah tumitnya.
Dikutip dari britannica.com, Achilles adalah putra Thetis, seorang dewi laut, dan Peleus, seorang raja manusia.
Untuk menjadikan anaknya kebal terhadap senjata dan serangan apa pun, Thetis membawanya ke Sungai Styx, sebuah sungai di dunia bawah yang dipercaya memiliki kekuatan magis untuk memberi kekebalan.
Thetis mencelupkan tubuh Achilles ke dalam air sungai itu, namun, ia memegang Achilles pada bagian tumit sehingga bagian ini tidak terkena air, menjadikan tumitnya satu-satunya bagian yang rentan terhadap serangan.
ADVERTISEMENT
Seiring bertambahnya usia, Achilles tumbuh menjadi seorang prajurit tangguh yang sangat disegani di medan perang.
Kehebatannya dalam bertempur dan keberaniannya telah membuatnya menjadi sosok yang tak tergantikan dalam Perang Troya. Namun, kelemahannya pada tumit terus menghantui nasibnya, dan pada akhirnya menjadi titik yang menyebabkan kejatuhannya.
Saat Perang Troya berlangsung, Paris, putra Raja Priam dari Troya, berhasil memanah tumit Achilles, dengan bantuan dewa Apollo yang membimbing panah tersebut.
Luka tersebut menyebabkan Achilles tewas di medan perang, meskipun selama ini ia tampak tak terkalahkan.
Kisah Achilles dan titik lemahnya memiliki makna mendalam dalam mitologi Yunani. Tumit Achilles menjadi metafora untuk menggambarkan bahwa setiap individu, seberapa pun kuatnya, memiliki titik lemah.
ADVERTISEMENT
Konsep ini mengajarkan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, dan bahkan pahlawan terhebat sekalipun memiliki keterbatasan yang dapat mengubah nasibnya.
Selain itu, keberadaan titik lemah ini menggambarkan sifat manusiawi Achilles, bahwa meskipun dia adalah pahlawan yang setengah dewa, dia tetap memiliki sisi rapuh yang akhirnya membuatnya gagal.
Istilah "Achilles' heel" atau "tumit Achilles" kemudian mulai digunakan dalam bahasa sehari-hari, khususnya pada abad ke-19, sebagai simbol kelemahan atau titik lemah yang bisa menjadi penyebab kehancuran.
Penggunaan istilah ini tersebar luas dan sering dijumpai dalam literatur, seni, dan budaya populer, sebagai pengingat bahwa kelebihan seseorang bisa diimbangi dengan kelemahan yang tersembunyi.
Kisah Achilles menginspirasi banyak karya seni, literatur, dan bahkan filsafat, karena dianggap memiliki pelajaran moral yang relevan bagi kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
Kelemahan Achilles yang terletak pada tumitnya memberi pemahaman bahwa kekuatan dan kelemahan adalah dua hal yang sering kali berjalan berdampingan.
Achilles adalah sosok yang dihormati bukan hanya karena kekuatannya, tetapi juga karena sisi tragis dari hidupnya yang memberikan makna mendalam tentang nasib, keberanian, dan batas manusia.
Dalam keseluruhan cerita mitologi Yunani, Achilles menjadi simbol pahlawan yang kuat namun memiliki keterbatasan yang membawa pelajaran bahwa setiap manusia memiliki kelemahan.
Satu-satunya titik lemah Achilles dalam mitologi Yunani terus diingat sebagai pengingat tentang keterbatasan yang ada pada setiap manusia, tidak peduli seberapa hebat mereka. (Shofia)