Konten dari Pengguna

Secara Resmi Sistem Tanam Paksa Dihapus pada Tahun Berapa? Ini Jawabannya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
1 Oktober 2024 22:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Secara Resmi Sistem Tanam Paksa Dihapus pada Tahun Berapa? | Foto: Pexels.com/Thirdman
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Secara Resmi Sistem Tanam Paksa Dihapus pada Tahun Berapa? | Foto: Pexels.com/Thirdman
ADVERTISEMENT
Secara resmi sistem tanam paksa dihapus pada tahun berapa, tetapi dampaknya terhadap masyarakat pribumi masih terasa lama setelahnya. Kebijakan ini diterapkan untuk memenuhi kepentingan ekonomi pemerintah kolonial Belanda.
ADVERTISEMENT
Banyak penduduk lokal yang dipaksa bekerja keras tanpa mendapatkan imbalan yang sepadan, sementara tanah mereka digunakan untuk menanam komoditas yang dibutuhkan di Eropa.

Secara Resmi Sistem Tanam Paksa Dihapus pada Tahun Berapa?

Ilustrasi Secara Resmi Sistem Tanam Paksa Dihapus pada Tahun Berapa? | Foto: Pexels.com/Kampus Production
Secara resmi sistem tanam paksa dihapus pada tahun 1870. Sistem tanam paksa pada awalnya diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1830 melalui Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk memaksimalkan keuntungan dari koloni Hindia Belanda dengan mengekspor komoditas pertanian seperti kopi, tebu, teh, nila, dan tembakau ke pasar Eropa.
Penduduk pribumi diwajibkan untuk menanam tanaman-tanaman ini di tanah mereka sendiri, dan hasilnya sebagian besar diserahkan kepada pemerintah kolonial sebagai bentuk pajak atau kewajiban.
Selama masa sistem tanam paksa, masyarakat lokal sangat menderita karena mereka tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti aturan ini.
ADVERTISEMENT
Banyak dari mereka yang kehilangan akses terhadap tanah subur mereka sendiri, sehingga tidak dapat menanam makanan pokok yang dibutuhkan keluarga mereka.
Kelaparan dan kemiskinan pun melanda banyak wilayah di Hindia Belanda akibat kebijakan ini.
Pemerintah Belanda memang meraup keuntungan besar dari ekspor komoditas ini, namun hal tersebut terjadi dengan mengorbankan kesejahteraan masyarakat pribumi.
Pada pertengahan abad ke-19, tekanan dari kalangan intelektual dan aktivis hak asasi manusia di Eropa mulai meningkat, terutama setelah terbitnya buku Max Havelaar karya Multatuli pada tahun 1860.
Buku ini mengungkapkan penderitaan yang dialami oleh penduduk pribumi akibat sistem tanam paksa, yang membuka mata banyak orang di Belanda tentang kekejaman kebijakan tersebut.
Kritik terhadap sistem ini semakin gencar, hingga akhirnya pada tahun 1870, pemerintah Belanda memutuskan untuk menghapus sistem tanam paksa.
ADVERTISEMENT
Meskipun secara resmi sistem tanam paksa dihapus pada tahun tersebut, tetapi dampak dari kebijakan tersebut masih terasa selama bertahun-tahun setelahnya.
Penghapusan sistem ini memang menjadi langkah awal bagi perbaikan kondisi masyarakat pribumi, tetapi kerusakan yang telah terjadi pada struktur sosial dan ekonomi masyarakat lokal tidak mudah dipulihkan.
Beberapa wilayah masih menghadapi dampak jangka panjang dari eksploitasi tersebut, seperti kemiskinan yang meluas dan ketimpangan ekonomi yang tetap ada hingga periode kolonial berakhir. (Khoirul)