Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Bahasa Bugis dan Budaya yang Dianut Masyarakatnya
21 Juni 2024 22:52 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Suparman dalam Split pada Bahasa Bugis dan Bahasa Tae menyebutkan bahwa bahasa Bugis merupakan salah satu rumpun bahasa Austronesia yang masih digunakan oleh masyarakat lokal.
Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai sejarah bahasa Bugis dan kebudayaan masyarakatnya, simak selengkapnya di artikel berikut ini.
Sejarah Bahasa Bugis
Sejarah bahasa Bugis bermula dari masa Kerajaan Bugis di abad ke-14 Masehi. Kala itu, bahasa Bugis berperan sebagai bahasa resmi kerajaan, dipakai berkomunikasi oleh bangsawan, serta bahasa perdagangan sampai akhirnya meluas ke luar Sulawesi Selatan.
Maka dari itu, bahasa Bugis termasuk sebagai bahasa penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Masyarakat Suku Bugis umumnya berkomunikasi dengan dua cara, yakni lisan serta tulisan.
Jadi, bahasa Bugis bisa digunakan untuk komunikasi lisan maupun bahasa tulisan dengan aksara Lontara. Di samping itu, bahasa ini juga mempunyai beragam dialek, mulai dari dialek Pangkep, Bone, Makassar, Pare-Pare, Sidenreng Rappang, Pinrang, Wajo, Pattinjo, Maiwa, Malimpung, Sinjai, Sopeng, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Budaya Masyarakat Bugis
Selain mempunyai bahasa yang masih bertahan sampai kini, masyarakat Bugis juga memiliki berbagai macam kebudayaan. Adapun beberapa budaya Masyarakat Bugis adalah:
1. Mappalette Bola
Salah satu budaya masyarakat Bugis adalah Mappalette Bola. Melalui tradisi ini, nenek moyang masyarakat Bugis menurunkan tentang cara berperilaku, berinteraksi sosial, serta membangun rumah. Cara ini diturunkan kepada generasi ke generasi melalui transmisi lisan maupun tulisan lewat gulungan daun lontar atau papan kayu.
2. Mappere
Budaya masyarakat Bugis selanjutnya adalah Mappere. Tradisi ini dilaksanakan untuk menyampaikan rasa terima kasih terhadap Tuhan karena telah memberikan hasil panen melimpah. Upacara adat ini dilaksanakan dengan gadis desa berayun di udara sembari mengayunkan tangan, sementara pria dewasa akan menarik tali ayunannya.
3. Mappadendang
Tradisi masyarakat Bugis yang terakhir adalah Mappadendang. Budaya ini dilakukan untuk mewujudkan rasa syukur serta berharap atas keberhasilan ketika menanam padi.
ADVERTISEMENT
Demikian informasi mengenai bahasa Bugis dan tradisi masyarakatnya. [ENF]