Konten dari Pengguna

Sejarah Gedung Arsip Nasional, Jejak Kolonial dalam Dunia Kearsipan Indonesia

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
14 Februari 2025 12:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sejarah Gedung Arsip Nasional, Foto: Pexels/Element5 Digital
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Gedung Arsip Nasional, Foto: Pexels/Element5 Digital
ADVERTISEMENT
Sejarah Gedung Arsip Nasional merupakan bagian penting dari warisan budaya dan sejarah Indonesia. Keberadaannya menjadi bukti nyata bagaimana arsip dan dokumentasi memiliki peran strategis dalam menjaga memori kolektif suatu negara.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu bangunan bersejarah, gedung ini memiliki nilai yang tidak hanya terletak pada arsitekturnya, tetapi juga pada peranannya dalam menyimpan berbagai dokumen penting yang mencatat perjalanan bangsa.
Mengutip situs anri.go.id, lembaga kearsipan di Indonesia secara de facto sudah ada sejak 28 Januari 1892, ketika Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Landarchief.

Sejarah Gedung Arsip Nasional

Ilustrasi Sejarah Gedung Arsip Nasional, Foto: Pexels/Bo Ponomari
Gedung Arsip Nasional menjadi simbol bagaimana masa lalu tetap relevan dalam membentuk identitas dan kebijakan masa kini. Berikut sejarah Gedung Arsip Nasional:
Gedung Arsip Nasional Indonesia merupakan salah satu bangunan bersejarah peninggalan kolonial yang memiliki peran penting dalam dunia kearsipan di Indonesia.
Terletak di Jalan Gajah Mada No. 111, Jakarta Barat, gedung ini awalnya dibangun pada abad ke-18 oleh pemerintah kolonial Belanda.
ADVERTISEMENT
Awalnya, bangunan ini bukan berfungsi sebagai tempat penyimpanan arsip, melainkan sebagai kediaman resmi Gubernur Jenderal VOC, Reynier de Klerck, yang menjabat dari tahun 1777 hingga 1780.
Arsitekturnya bergaya Indische Empire, dengan struktur khas kolonial yang megah dan kokoh. Di sinilah berbagai dokumen penting mengenai administrasi kolonial disimpan dan dikelola.
Pada abad ke-19, setelah VOC dibubarkan dan pemerintahan Hindia Belanda mengambil alih, gedung ini dialihfungsikan menjadi kantor pusat Landsarchief atau Arsip Negara Hindia Belanda.
Seiring waktu, kebutuhan akan sistem kearsipan yang lebih modern mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk membangun gedung arsip baru di daerah Ampera, Jakarta Selatan pada tahun 1975, sehingga gedung lama ini tidak lagi digunakan sebagai pusat arsip.
Setelah Indonesia merdeka, Gedung Arsip Nasional ini menjadi saksi perkembangan dunia kearsipan di Indonesia. Meskipun sudah tidak lagi digunakan sebagai tempat penyimpanan arsip negara, gedung ini tetap memiliki nilai sejarah yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1990-an, kondisi bangunan sempat mengalami kerusakan parah hingga hampir terbengkalai. Namun, atas inisiatif berbagai pihak, termasuk swasta dan pemerintah, dilakukan restorasi besar-besaran pada tahun 1998–1999.
Kini, gedung ini berfungsi sebagai museum dan pusat kebudayaan, yang sering digunakan untuk pameran sejarah, pertemuan resmi, serta acara budaya lainnya.
Sebagai salah satu peninggalan kolonial yang masih berdiri kokoh, Gedung Arsip Nasional Indonesia menjadi simbol perjalanan panjang dunia kearsipan di Indonesia.
Bangunan ini tidak hanya menjadi saksi bisu era kolonial, tetapi juga mencerminkan bagaimana sistem kearsipan berkembang dari masa ke masa.
Kini, dengan fungsinya yang lebih modern sebagai museum, gedung ini terus mengingatkan generasi penerus akan pentingnya menjaga sejarah dan arsip sebagai warisan bangsa.
ADVERTISEMENT
Mempelajari sejarah Gedung Arsip Nasional membawa siapapun pada perjalanan panjang gedung ini, dari masa kolonial hingga era modern. Berbagai perubahan dan fungsi yang pernah diemban oleh gedung ini menjadi saksi bisu dari dinamika sejarah Indonesia. (Fikah)