Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
25 Ramadhan 1446 HSelasa, 25 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Sejarah Gedung Jasindo, Ikon Warisan Kolonial di Kota Jakarta
23 Maret 2025 22:45 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sebagai bangunan warisan kolonial, sejarah Gedung Jasindo selalu menyimpan hal unik yang perlu ditelusuri bersama. Bangunan ini terletak di jantung Kota Tua Jakarta, tepatnya di Jalan Kali Besar Timur No. 39, Jakarta Barat.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari laman library.iptrisakti.ac.id, kawasan kota Tua saat ini menjadi destinasi wisata sejarah yang sering dikunjungi wisatawan.
Kawasan yang ditetapkan sebagai wilayah Cagar Budaya ini memiliki banyak museum dan bangunan kolonial dengan arsitektur yang menawan, termasuk Gedung Jasindo ini.
Sejarah Gedung Jasindo
Sejarah Gedung Jasindo menjadi bagian penting dari perkembangan Kota Tua Jakarta. Gedung Jasindo dibangun pada tahun 1912 dan dikenal dengan nama asli Kantoor West Java (WEVA).
Pada masa itu, bangunan ini difungsikan sebagai kantor perwakilan perusahaan dagang Belanda yang mengelola kegiatan ekspor hasil bumi seperti kopi, teh, dan rempah-rempah dari wilayah Jawa Barat.
Kawasan sekitar gedung ini dulunya merupakan pusat perdagangan penting karena letaknya yang dekat dengan pelabuhan Sunda Kelapa.
ADVERTISEMENT
Setelah Indonesia merdeka, gedung ini tidak lagi digunakan oleh perusahaan asing. Pemerintah mengambil alih dan menjadikannya sebagai kantor PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) atau Jasindo.
Perusahaan ini merupakan BUMN yang bergerak di bidang asuransi umum. Nama "Gedung Jasindo" sendiri mulai dikenal luas sejak saat itu.
Tulisan "Gedoeng Jasindo" yang masih terpasang di bagian depan bangunan mencerminkan ejaan lama yang dipertahankan sebagai bagian dari identitas sejarah.
Hal menarik dari Gedung Jasindo adalah arsitekturnya bergaya Art Deco yang cukup menonjol. Gaya ini umum digunakan pada masa penjajahan Belanda di Indonesia ditandai dengan bentuk bangunan simetris dan detail sederhana.
Fitur jendela besar dan plafon tinggi berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara di tengah iklim tropis.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah melalui kerja sama dengan lembaga pelestarian seperti Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC) melakukan perbaikan fisik dan fungsi terhadap gedung-gedung tua di Kota Tua, termasuk Gedung Jasindo.
Kini, Gedung Jasindo sering menjadi tujuan kunjungan wisata edukatif, terutama bagi pelajar dan pecinta sejarah. Keberadaannya tidak lepas dari perhatian karena menjadi contoh nyata bangunan kolonial yang tetap berfungsi tanpa menghilangkan nilai historis.
Itulah sejarah Gedung Jasindo sebagai ikon warisan kolonial di Kota Tua Jakarta. Dari kantor dagang kolonial hingga menjadi bagian dari perusahaan nasional, gedung ini tetap memiliki nilai strategis.
Tentu, revitalisasi dan pemanfaatannya untuk kegiatan produktif menjadi langkah penting dalam merawat warisan sejarah. (rudin)
ADVERTISEMENT