Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Gereja Blenduk Semarang yang Berdiri pada Abad 18
28 Desember 2023 22:01 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di balik kejayaan arsitektur dan kemegahan kawasan Kota Tua di Semarang, tersimpan jejak panjang perjalanan sejarah Gereja Blenduk yang membanggakan.
ADVERTISEMENT
Adanya bangunan Gereja ini telah menjadi landmark penting yang menarik para wisatawan untuk mengunjungi Kota Semarang.
Sejarah Gereja Blenduk di Semarang
Dikutip dari situs dpad.jogjaprov.go.id, sebagai salah satu simbol di kawasan Kota Tua Semarang , Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel atau lebih dikenal sebagai Gereja Blenduk, menjulang megah di Jalan Letjen Suprapto No. 32.
Bangunan gereja ini berupa bangunan setengah lingkaran dengan satu sisi luar yang terbagi secara vertikal menjadi tiga bagian.
Gereja ini terdiri dari dua lantai dan menghadap ke arah Selatan. Meskipun demikian, gereja ini masih digunakan untuk upacara ibadah setiap hari Minggu.
Berikut ini berbagai aspek sejarah yang melekat pada pembangunan Gereja Blenduk di kota Semarang:
ADVERTISEMENT
1. Dibangun pada Era Kolonialisme Portugis
Pada 1753, di masa kekuasaan kolonialisme Portugis, bangunan ini mulai berdiri dengan desain rumah panggung ala Jawa, menciptakan nuansa unik yang memadukan keindahan budaya lokal dengan nuansa Barat.
2. Dipugar oleh Belanda
Pada 1894, pemerintahan kolonial Belanda melakukan pemugaran besar-besaran terhadap bentuk bangunan Gereja, termasuk menambahkan dua menara yang menghiasi bagian depan.
3. Arsitek Gereja
Perubahan signifikan pada struktur bangunan ini ditangani oleh arsitek ternama, H.P.A. De Wilde dan W. Westmaas, yang menghadirkan perubahan bentuk yang khas pada gereja ini.
4. Asal Nama Blenduk
Setelah mengalami perubahan atap, bangunan ini mulai dikenal sebagai Gereja Blenduk. Dalam bahasa Jawa, mblenduk berarti menonjol atau menggelembung.
Dengan gaya Neo Klasik, mirip dengan gereja-gereja Eropa abad 17-18 yang menggunakan kubah sebagai penutup atap, serta memiliki bentuk dasar segi delapan.
ADVERTISEMENT
5. Berbagai Julukan Gereja
Gereja ini memiliki beberapa julukan, di antaranya Hervorm de Kerk (Gereja Bentuk Ulang) dan Protestanche Kerk (Gereja Protestan).
Julukan terakhir merujuk pada dua menara kembar di bagian depan yang menjadi ciri khasnya.
Ketika memahami sejarah Gereja Blenduk, seseorang tidak hanya menyaksikan keindahan arsitektur, tetapi juga memasuki lembaran sejarah yang tak ternilai.
Keberadaannya bukan hanya sebagai tempat ibadah, melainkan juga penanda perjalanan panjang kota Semarang yang dipenuhi dengan kearifan dan nilai-nilai kolonilisme di masa lampau.