Konten dari Pengguna

Sejarah Gunung Bromo Berdasarkan Kepercayaan Suku Tengger

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
27 Maret 2023 15:05 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah gunung bromo berdasarkan kepercayaan suku Tengger. Sumber: PublicDomainPictures/pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah gunung bromo berdasarkan kepercayaan suku Tengger. Sumber: PublicDomainPictures/pixabay.com
ADVERTISEMENT
Gunung Bromo terletak di wilayah Jawa Timur, tepatnya di perbatasan Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Probolinggo. Sejarah Gunung Bromo tidak terlepas dari legenda Suku Tengger, yaitu suku yang mendiami kawasan ini. Menurut Batoro (2017) dalam bukunya bertajuk Keajaiban Bromo Tengger Semeru, Gunung Bromo terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang termasuk sebagai wilayah konservasi alam. Wong Tengger, sebutan bagi masyarakat Suku Tengger percaya bahwa sejarah Gunung Bromo berkaitan erat dengan leluhur merek, yaitu Joko Seger dan Roro Anteng. Lantas, bagaimana kisah lengkap tentang sejarah Gunung Bromo? Simak penjelasannya dalam artikel ini.
ADVERTISEMENT

Sejarah Gunung Bromo, Legenda Suku Tengger, dan Upacara Kasada

Ilustrasi sejarah gunung bromo. Sumber: iqbalnuril/pixabay.com
Gunung Bromo telah ada sebelum kerajaan Majapahit berdiri. Kerajaan penganut agama Hindu ini sempat mengalami serangan yang menyebabkan rakyatnya harus berpindah ke wilayah Gunung Bromo dan Pulau Bali. Oleh sebab itu, mayoritas masyarakat suku Tengger beragama Hindu. Gunung Bromo dikenal sebagai tempat pertapaan para dewa, seperti Dewa Brahma, Dewa Siwa, dan Dewa Wisnu. Untuk lebih lengkapnya, berikut ini sejarah Gunung Bromo, legenda suku Tengger, dan asal mula Upacara Kasada.

1. Kelahiran Dua Bayi

Sejarah Gunung Bromo berkaitan dengan kelahiran 2 bayi di wilayah Pegunungan Tengger. Kala itu, di area pertapaan seorang Brahmana, lahirlah seorang bayi laki-laki yang tangisannya sangat keras dan fisik kuat, sehingga dinamakan Joko Seger. Di lain sisi, tepatnya di area Gunung Pananjakan, lahirlah bayi perempuan dengan paras cantik. Ia dikenal sebagai titisan dewi. Kelahiran berbeda dari bayi pada umumnya, tanpa tangisan dan begitu tenang, sehingga dinamakan Roro Anteng. Beberapa tahun kemudian setelah mereka menginjak dewasa, banyak orang melamar Roro Anteng, tetapi ditolaknya karena ia telah terpikat oleh Joko Seger.
ADVERTISEMENT

2. Kedatangan Kyai Bimo

Pada suatu waktu, Roro Anteng dilamar oleh seorang Kyai Bimo yang sakti dan terkenal akan kejahatannya. Karena kelembutan hatinya, Roro Anteng tidak tega untuk menolak begitu saja, sehingga ia membuat rencana untuk menggagalkan lamaran sang kyai. Roro Anteng meminta Kyai Bimo itu untuk membuat lautan selama sehari semalam. Dibuatnya lautan dari batok kelapa. Hanya berbekalkan alat pemukul saja, lautan itu hampir jadi. Namun, karena kekhawatiran Roro Anteng jika Kyai Bimo berhasil membuat lautan tersebut, ia akhirnya merencanakan hal lain. Di malam hari, Roro Anteng menumbuk padi yang membuat ayam-ayam berkokok. Mendengar kokokan ayam, Kyai Bimo akhirnya merasa marah dan kesal akan kegagalannya. Akibat emosinya itu, tempurung yang digunakan untuk mengeruk pasir dilemparkan dan jadilah sebuah gunung bernama Gunung Batok. Lalu, di wilayah Gunung Bromo terbentuklah lautan pasir. Dengan begitu, Roro Anteng pun bersuka hati dan melangsungkan pernikahannya dengan pujaan hatinya, Joko Seger.
ADVERTISEMENT

3. Asal Mula Upacara Kasada

Setelah beberapa waktu menikah, Joko Seger dan Roro Anteng tidak kunjung memiliki anak, sehingga mereka bertapa di sebuah gunung. Pada suatu saat, mereka mendengar sebuah bisikan yang menyebutkan bahwa setelah mereka dikaruniai anak, anak tersebut harus dikorbankan pada kawah Gunung Bromo. Mereka pun menyanggupinya. Beberapa tahun kemudian, mereka dikaruniai 25 anak. Anak terakhirnya bernama Jaka Kesuma yang sangat tampan dan cerdas. Di suatu malam, ia bermimpi dan mendapatkan titah untuk mengorbankan anak dari Joko Seger agar tidak terbawa sial. Ia pun menuruti titah tersebut. Jaka Kesuma pun diantar ke kawah Gunung Bromo oleh banyak orang. Sebelum menceburkan diri, Jaka Kesuma berpesan agar setiap tahunnya masyarakat diminta untuk melarungkan hasil panen di setiap tanggal 14 di bulan Kasada sesuai kalender Tengger. Oleh sebab itu, setiap tahun masyarakat Tengger akan melaksanakan Upacara Kasada dengan membawa sesaji berupa hasil panen untuk dilarungkan tepat pada tengah malam tanggal 14 bulan Kasada. Selain melarungkan sesaji, masyarakat Tengger juga menghaturkan sesaji di 25 petilasan anak-anak Joko Seger dan Roro Anteng yang tersebar di area Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Nah, itulah sejarah Gunung Bromo, legenda suku Tengger, dan kaitannya dengan Upacara Kasada. Wong Tengger sendiri percaya bahwa kesejahteraan dan karakter mereka merupakan turunan dari leluhurnya, yaitu Joko Seger dan Roro Anteng. Semoga informasi di atas bermanfaat bagimu. [ENF]
ADVERTISEMENT