Sejarah Gunung Palasari Sumedang, Benarkah Jadi Tempat Suci Warga Sunda?

Ilustrasi Sejarah Gunung Palasari Sumedang, Pexels/Tom Fisk

Sejarah Gunung Palasari Sumedang sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Sedikit bocoran, penamaannya memiliki makna khusus yang tentu saja berkaitan dengan cerita di masa lalu.

Dikutip dari buku Praktik-Praktik Konservasi Lingkungan secara Tradisional di Jawa, Purnomo, (2015:40), Gunung Palasari ditumbuhi berbagai tanaman hijau menyegarkan mata yang menandakan bahwa daerah tersebut masih asri.

Jenis tanaman yang tumbuh di Gunung Palasari ada banyak, mulai dari eucalyptus, pinus, akasia, beringin, bunga edelweis, dan sebagainya.

Sejarah Gunung Palasari Sumedang

Ilustrasi Sejarah Gunung Palasari Sumedang, Pexels/Photo Pik

Sejarah Gunung Palasari Sumedang sangat menarik untuk diketahui. Bukan sekadar nama, Palasari berasal dari bahasa Sunda, yaitu Palas yang berarti pohon palas dan sari yang berarti indah atau cantik.

Nama tersebut diberikan karena di sekitar gunung Palasari banyak tumbuh pohon palas yang indah.

Gunung Palasari telah ada sejak zaman prasejarah. Menurut catatan sejarah, gunung ini dijadikan sebagai tempat suci bagi masyarakat Sunda sejak abad ke-14.

Pada abad ke-16, Gunung Palasari menjadi bagian dari wilayah Kerajaan Sumedang Larang. Kerajaan menggunakan gunung tersebut sebagai tempat persembunyian dan pertahanan.

Fungsinya kemudian berubah pada masa kolonial Belanda, Gunung Palasari digunakan sebagai tempat penambangan batu bara dan emas. Belanda juga membangun beberapa jalan dan infrastruktur lainnya di sekitar gunung.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Gunung Palasari terus menjadi tempat wisata dan spiritual bagi masyarakat sekitar. Di tahun 2000-an, Pemerintah Kabupaten Sumedang mulai melakukan upaya konservasi dan pengembangan wisata di sekitar gunung Palasari.

Ada banyak sekali daya tarik dari Gunung Palasari yang membuatnya menjadi tempat wisata yang layak dikunjungi, di antaranya:

Demikianlah ulasan mengenai sejarah Gunung Palasari Sumedang yang keberadaannya sebagai saksi sejarah kolonialisme sekaligus kemerdekaan Indonesia.

Saat ini, gunung tersebut terus dikembangkan menjadi tempat wisata alam dengan pemandangan indah di Sumedang. (Nay)

Baca Juga: Sejarah Sungai Amazon, Sungai Terpanjang Kedua di Dunia