Sejarah Hari Perdamaian Aceh yang Merupakan Hasil Perjanjian Helsinki

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
15 Agustus 2023 18:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi Hari Perdamaian Aceh Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Hari Perdamaian Aceh Unsplash)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejarah Hari Perdamaian Aceh yang merupakan hasil dari Perjanjian Helsinki adalah tonggak bersejarah yang mengakhiri dekade konflik dan pertumpahan darah di provinsi Aceh, Indonesia.
ADVERTISEMENT
Perjanjian ini tidak hanya menghasilkan perdamaian, tetapi juga membawa harapan baru bagi masyarakat Aceh dalam menciptakan masa depan yang lebih baik.
Simak pembahasan tentang sejarah Hari Perdamaian Aceh dalam ulasan di bawah ini.

Sejarah Hari Perdamaian Aceh

ilustrasi Hari Perdamaian (Pexels)
Mengutip buku Perjanjian Helsinki 2005 Di Aceh Model Penyelesaian Konflik, terdapat dua peristiwa penting yang terjadi di “Bumi Serambi Mekah” pada awal abad 21, pertama adalah Tsunami 26 Desember 2004 dan Perjanjian Helsinki 15 Agustus 2005.
Sejarah Hari Perdamaian Aceh sendiri berawal dari pendirian Gerakan Aceh Merdeka. Perjuangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) terbentuk pada tahun 1976 di bawah kepemimpinan Muhammad di Tiro.
GAM bertujuan untuk mencapai kemerdekaan bagi Aceh dan mengajukan perlawanan terhadap pemerintah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Konflik bersenjata antara GAM dan pemerintah Indonesia berlangsung selama puluhan tahun, mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat sipil dan situasi yang rumit di Aceh.
Operasi Militer Daerah (DOM) diterapkan untuk menindak pemberontakan, menyebabkan banyak kekerasan dan bentrokan senjata.
Setelah pengakhiran DOM pada tahun 1999, semua personel TNI dan Polri yang sebelumnya ditempatkan di Aceh dipulangkan.
Diskusi perdamaian antara GAM dan Pemerintah Indonesia dilangsungkan pada tahun 2000. Pada saat itu, kedua belah pihak sepakat menghentikan pertikaian. Namun, periode waktu kesepakatan itu hanya bertahan sampai tahun 2002.
Tensi konflik kembali meningkat setelah Presiden Megawati Soekarnoputri mengumumkan status darurat militer di Aceh pada bulan Mei 2003. Sejak saat itu, ribuan personel militer dan kepolisian dikerahkan ke Aceh dengan tujuan mengejar anggota GAM.
ADVERTISEMENT
Peristiwa gempa bumi dan tsunami pada tahun 2004 yang menghancurkan Aceh memaksa kedua belah pihak untuk menunda konflik bersenjata. Bencana ini membuka pintu dialog antara GAM dan pemerintah Indonesia untuk mencari solusi damai.

Perjanjian Damai Helsinki

Setelah terjadi negosiasi yang intens, akhirnya Perjanjian Damai Helsinki resmi ditandatangani oleh pihak GAM dan pemerintah Indonesia pada 15 Agustus 2005.
Tim delegasi Indonesia yang terlibat dalam perundingan ini terdiri dari Hamid Awaluddin, Sofyan A. Djalil, Farid Husain, Usman Basyah, dan I Gusti Wesaka Pudja.
Sementara itu, tim perunding dari pihak GAM terdiri dari Malik Mahmud, Zaini Abdullah, M Nur Djuli, Nurdin Abdul Rahman, dan Bachtiar Abdullah.
Penandatanganan Perjanjian Helsinki tersebut kemudian membuat 15 Agustus diperingati sebagai Hari Perdamaian Aceh.
ADVERTISEMENT
Hari ini menjadi simbol harapan dan rekonsiliasi bagi masyarakat Aceh, mengingat bahwa mereka telah berhasil mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Sejarah Hari Perdamaian Aceh merupakan hasil dari Perjanjian Helsinki. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa perdamaian dapat dicapai melalui dialog dan negosiasi, meskipun telah terjadi konflik selama berpuluh tahun. (AZS)