Sejarah Hari Raya Kuningan dan Maknanya

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
12 Agustus 2023 23:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah Hari Raya Kuningan (gambar: unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah Hari Raya Kuningan (gambar: unsplash.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Umat Hindu merayakan beraneka ragam hari raya besar yang setiap tahunnya dirayakan, Hari Raya Kuningan salah satunya. Hari Raya Kuningan menjadi bagian dari berbagai rangkaian yang digelar saat tibanya Hari Raya Galungan. Bagaimana sejarah Hari Raya Kuningan?
ADVERTISEMENT
Berdasarkan sejarah, Hari Raya Kuningan berasal dari gabungan ‘uning’ dan ‘kuning’. Kata ‘uning’ artinya ‘ingat’. Lalu, ‘kuning’ berarti ‘makmur’.
Jadi, Kuningan bisa diartikan sebagai tercapainya peningkatan spiritual dan kemakmuran dengan berintrospeksi diri, mengingat Sang Pencipta dan alam agar jauh dari mara bahaya. Simak artikel ini untuk mengetahui sejarah singkatnya.

Sejarah Hari Raya Kuningan

Ilustrasi sejarah Hari Raya Kuningan (gambar: unsplash.com)
Menurut sejarah, Hari Raya Kuningan telah dirayakan umat Hindu dari 1.200 tahun yang lalu, tepatnya pada 882 Masehi, sesuai dengan Lontar Purana Bali Dwipa.
Upacara Hari Raya Kuningan biasanya jatuh di hari Sabtu Kliwon Wuku Kuningan yang mana terjadi setiap enam bulan sekali (setiap 210 hari).
Hari Raya Kuningan dirayakan setiap sepuluh hari setelah dirayakannya Hari Raya Galungan yang merupakan waktu di mana kembalinya Sang Hyang diiringi Pitara dan Dewa.
ADVERTISEMENT
Umat Hindu akan menghaturkan bakti untuk memohon panjang umur (kedirgayusan) dan kesentosaan, juga diberikan perlindungan secara lahir dan batin.
Ketika Hari Raya Kuningan digelar, sesajen (banten) harus berisikan nasi berwarna kuning. Tujuannya, yaitu menjadi tanda terima kasih terhadap kemakmuran dan kesejahteraan yang telah dilimpahkan Hyang Widhi Wasa.
Dalam merayakannya, hari raya ini tidak boleh dilakukan setelah melewati jam 12 siang. Hal ini berdasarkan kepercayaan umat Hindu yang berbicara tentang kapan waktunya Dewa, Pitara, dan Bhatara akan turun ke bumi di mana hanya sampai siang atau setengah hari.

Makna Hari Raya Kuningan

Ilustrasi sejarah Hari Raya Kuningan (gambar: unsplash.com)
Upacara Hari Raya Galungan dan Kuningan memiliki makna bagi kehidupan umat Hindu.
Maknanya, yaitu memupuk rasa kasih sayang pada keluarga, orang terdekat, serta semua ciptaan-Nya dengan tujuan adanya keharmonisan. Kasih sayang ini utamanya kepada leluhur.
ADVERTISEMENT
Hari Raya Kuningan sering juga disebut sebagai hari perayaan kemenangan bagi dharma melawan adharma atau kebaikan yang menang melawan kejahatan. Nasi kuning pada sesajen menjadi lambang dari kemakmuran dan menjadi tanda terima kasih.
Selain karena Dewa, Pitara, dan Bhatara yang hanya turun sampai siang hari, dibatasinya waktu perayaan juga memiliki makna yang berupa waktu bagi energi dari Semesta untuk bangkit, dari mulai pagi hari sampai tengah hari.
Setelahnya, energi dari Semesta akan menurun dan Sanghyang Surya Mesineb menjadi waktu beristirahat. (AML)