Sejarah Jembatan Ampera Lambang Kota Palembang

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
4 Januari 2024 21:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah Jembatan Ampera. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah Jembatan Ampera. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejarah Jembatan Ampera yang merupakan lambang Kota Palembang, diresmikan oleh Soekarno dengan peletakan pancang tiang jembatan Musi pertama kali pada 10 April 1962.
ADVERTISEMENT
Tertarik lebih jauh pada sejarah Jembatan Ampera? Simak artikel di bawah ini untuk pembahasan lebih lanjut.

Sejarah Jembatan Ampera

Ilustrasi sejarah Jembatan Ampera
Dikutip dari buku Fakta Menakjubkan Tentang Indonesia karya Navita Kristi, dkk, Jembatan Ampera berada di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.
Jembatan ini dibangun dengan nama awal Jembatan Soekarno pada April 1962. Baru pada 1966, jembatan ini berganti nama menjadi Jembatan Ampera yang memiliki kepanjangan Amanat Penderitaan Rakyat.
Jembatan Ampera berfungsi sebagai penghubung antara daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Jembatan ini memiliki panjang 1.117 meter dengan lebar 22 meter.
Lebih lanjut, tinggi jembatan tersebut adalah 11, 5 meter di atas permukaan air dan tinggi menara mencapai 63 meter dari atas tanah. Berat Jembatan Ampera secara keseluruhan mencapai 944 ton.
ADVERTISEMENT
Dalam buku Ensiklopedia: Seni, Budaya, dan Pariwisata Kota Palembang karya Syarifuddin, dkk, Jembatan Ampera dibangun oleh tenaga ahli dari Jepang menggunakan dana hasil rampasan saat perang Jepang.
Pembangunan jembatan tersebut memakan biaya sebesar 2,5 milyar, dengan memanfaatkan tenaga konstruksi yang didatangkan langsung dari Jepang.
Pada awalnya, bagian tengah Jembatan Ampera bisa diangkat karena di kedua sisi jembatan terdapat bandul pemberat hingga 500 ton.
Jembatan akan diangkat saat ada kapal besar yang akan lewat. Jembatan yang diangkat bisa memberikan ruang kosong dengan lebar 60 meter dan tinggi 44,5 meter.
Jembatan Ampera resmi digunakan pada tahun 1965. Kemudian, bagian tengah jembatan sudah tidak lagi terangkat sejak tahun 1970.
Hal tersebut dilakukan karena aktivitas pengangkatan tersebut dianggap mengganggu arus lalu lintas di sekitar Ulu dan Ilir.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1990, pemberat yang digunakan untuk mengangkat jembatan juga akhirnya diturunkan karena khawatir akan jatuh dan membahayakan pengendara yang lewat.
Jembatan Ampera di Palembang juga dianggap sebagai sebuah monumen sejarah, sama seperti Monumen Nasional yang ada di Jakarta.
Demikian adalah sejarah Jembatan Ampera sebagai lambang Kota Palembang. (SP)