Sejarah Jugun Lanfu pada Masa Penjajahan Jepang di Indonesia

Ilustrasi sejarah jugun lanfu. Sumber foto: Unsplash

Penjajahan Jepang memiliki banyak sekali sejarah kelam, salah satunya adalah Jugun Lanfu. Istilah ini digunakan untuk merujuk perbudakan seks yang dilakukan oleh pemerintah Jepang.

Peristiwa kelam yang telah terkubur puluhan tahun ini akhirnya mulai terkuak di muka publik, dan membuat siapapun bisa merasakan kepedihan sekaligus kesedihan yang mendalam terhadap korban.

Sejarah Jugun Lanfu di Masa Penjajahan Jepang

Ilustrasi sejarah jugun lanfu. Sumber foto: Unsplash

Jugun Lanfu adalah istilah yang digunakan untuk para perempuan penghibur pada masa penjajahan Jepang. Hal ini terjadi akibat paksaan dari tentara Jepang untuk memuaskan nafsu mereka.

Dikutip dari Jurnal Jugun Lanfu: Derita Perempuan Dalam Pusaran Perang karya Titiek Suliyati, sebutan Jugun Lanfu tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di seluruh wilayah bekas jajahan Jepang.

Dalam sebuah dokumen resmi militer Jepang, para perempuan yang dipaksa menjadi "penghibur" disebut sebagai teishintai, yang artinya adalah "barisan sukarela penyumbang badan".

Jumlah anggota teishintai sendiri diperkirakan mencapai 200 ribu orang. Di mana mereka berasal dari berbagai negara, seperti Filipina, Korea, Cina, Belanda, Rusia, Singapura, Vietnam, dan Myanmar.

Jugun Lanfu merupakan gambaran seram mengenai kehidupan perempuan pada masa penjajahan. Pasalnya, hal ini tidak hanya melukai batin saja, namun juga fisik hingga akhir hayat.

Sebutan Jugun Lanfu sendiri memang sudah dapat ditafsirkan sebagai istilah yang merendahkan perempuan. Bahkan, makna yang terkandung di dalamnya jauh lebih keji, yakni pelacur secara paksa.

Peristiwa Jugun Lanfu di Indonesia

Pemerintah Jepang sendiri sudah menerapkan praktik Jugun Lanfu di Indonesia pada 1942-1945. Pada saat itu, Indonesia masih sangat miskin, sehingga banyak masyarakat yang kesulitan untuk makan.

Awal masa penjajahan Jepang di Indonesia, kehidupan para Jugun Lanfu mulai terjamin, seperti tersedianya makanan bergizi, hingga obat-obatan untuk mereka yang menjadi penghibur.

Sayangnya, pada 1943, persediaan makanan mulai menurun hingga menyebabkan pemerintah Jepang memberlakukan penjatahan untuk Jugun Lanfu. Hal ini membuat para wanita Jugun Lanfu mengalami penyiksaan, baik secara fisik dan psikologis.

Diperkirakan, ada lebih dari 40 rumah hiburan yang didirikan Jepang untuk para Jugun Lanfu Indonesia. Saat itu, mereka juga dijaga ketat oleh organisasi militer Jepang.

Hampir ssetiap hari, Jugun Lanfu dipaksa menjadi budak seks, diperlakukan dengan kasar dan tidak manusiawi, tanpa upah atau bayaran yang sesuai dengan pengorbanan mereka.