Sejarah Kerajaan Bima sebagai Kerajaan Islam di NTB

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
Konten dari Pengguna
13 Januari 2024 21:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah kerajaan bima. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah kerajaan bima. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kerajaan Bima adalah sebuah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Sumbawa bagian Timur. Sejarah Kerajaan Bima dimulai pada tahun 1620 di bawah kepemimpinan Sultan Abdul Kahir.
ADVERTISEMENT
Bagaimana sejarah Kerajaan Bima yang berdiri lebih dari 330 tahun ini? Simak pembahasan lengkap melalui artikel di bawah ini.

Sejarah Kerajaan Bima

Ilustrasi sejarah kerajaan bima. Foto: Pixabay
Dalam buku Mengenal Kerajaan-kerajaan Nusantara karya Deni Prasetyo, daerah Bima awalnya adalah sebuah kerajaan dengan masyarakat beragama Hindu / Syiwa.
Kerajaan Bima beralih menjadi kerajaan Islam setelah raja Bima saat itu memeluk agama Islam dan berganti nama menjadi Abdul Kahir pada 1620.
Sultan Abdul Kahir bekerja keras untuk menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru Bima hingga akhir masa kepemimpinannya pada 1640.
Kepemimpinan kemudian dilanjutkan oleh Sultan Abdul Khair Sirajudin yang mengatur sistem pemerintahan dalam corak Islam. Dia merupakan putra Abdul Kahir yang memimpin sejak 1640 hingga 1682.
Pada zaman pemerintahannya, seorang pejabat harus memenuhi beberapa syarat, yaitu takwa, sidiq, jujur, tabligh, cerdik, dan pintar.
ADVERTISEMENT
Setelah kepemimpinan Abdul Khair Sirajudin, kerajaan Bima dipimpin secara berurutan oleh Sultan Nuraddin Abubakar Syah, Sultan Hasanuddin, Sultan Alaudin Muhammad Syah, Sultan Abdul Kadim, Sultan Abudul Hamid, Sultan Abdul Aziz, dan Sultan Ibrahim.
Pada masa Sultan Ibrahim ini, terdapat perjanjian dengan Belanda yang justru mempersulit kondisi kerajaan Bima. Hingga pada 1906, Belanda justru merombak hukum yang selama ini berlaku di Kerajaan Bima.
Hal ini menyulut kemarahan rakyat yang akhirnya menimbulkan peperangan pada masa itu. Kondisi Bima sempat terpuruk kala itu setelah menjalani tiga kali perang dan akhirnya kalah melawan Belanda.
Namun, kondisi Bima membaik saat berada di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad Salahuddin yang mulai memimpin sejak 1915. Dia menekankan pembangunan Bima dalam tiga bidang, yakni agama, pendidikan, dan sosial.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan Sultan Muhammad Salahuddin berakhir pada 11 Juli 1951 setelah memimpin selama 36 tahun. Meninggalnya sang sultan juga menjadi akhir bagi Kerajaan Bima.
Demikian sejarah Kerajaan Bima sebagai kerajaan Islam di Nusa Tenggara Barat. (SP)