Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Kongres Perempuan Indonesia Desember 1928
9 Maret 2024 18:47 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kongres Perempuan Indonesia pertama digelar tanggal 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Salah satu tujuannya adalah untuk memajukan wanita Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mari simak penjelasan selengkapnya mengenai sejarah Kongres Perempuan Indonesia berikut ini.
Sejarah Kongres Perempuan Indonesia beserta Tokoh-tokohnya
Kongres Perempuan Indonesia yang pertama terjadi di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928. Tujuannya untuk menyatukan cita-cita, memajukan wanita Indonesia, serta menjalin hubungan yang baik antara berbagai perkumpulan wanita yang ada di Indonesia. Demikian ulasan dalam situs museumpendidikannasional.upi.edu.
Berikut sejarah Kongres Perempuan Indonesia dan beberapa tokohnya yang penting diketahui:
1. Sejarah Kongres Perempuan Indonesia
Para pemimpin organisasi berperan dalam pengaturan kongres tersebut sekaligus mendirikan gabungan perkumpulan wanita yang kemudian diberi nama Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII). PPII berdiri pada 28-31 Desember 1929. Kongres ini adalah momentum yang amat bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Selanjutnya, terdapat keputusan penting dalam Kongres Perempuan Pertama antara lain, memperkokoh pendidikan kepanduan putri, mendirikan badan federasi bersama yang lantas dikenal sebagai Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI), mencegah perkawinan anak, dan mengadakan dana studi yang akan menolong para gadis yang tak mampu.
ADVERTISEMENT
Kemudian, keputusan lainnya yaitu menerbitak surat kabar yang redaksinya terdiri atas para pengurus PPPI yaitu Nyi Hajar Dewantoro, Ny. Ali Sastroamojoyo, Nn. Hajinah, Nn. Ismudiyati, Nn. Budiah, dan Nn. Sunaryati (Nyi Sunaryati Sukemi), juga mengirimkan mosi pada pemerintah.
Tujuan pengiriman mosi itu antara lain tidak perlu mencabut tunjangan pensiun, segera diadakan fonds untuk janda juga anak-anak, sampai dengan memperbanyak sekolah-sekolah puteri. Mosi lain dikirim ke Raad Agama sehingga setiap talaknya dikuatkan secara tertulis mengacu pada peraturan agama.
Sementara itu, pada pemerintah Belanda, ada tiga mosi yang dikirim. Isinya adalah menambah sekolah bagi anak-anak perempuan, diadakan sokongan bagi para janda juga anak-anak piatu pegawai negeri, serta wajib memberi keterangan mengenai taklik atau janji serta syarat-syarat perceraian pada pernikahan.
ADVERTISEMENT
2. Tokoh-tokoh Kongres Perempuan Indonesia
Kongres Perempuan Indonesia dihadiri lebih dari 1000 orang yang berasal dari 30 organisasi perempuan yang tersebar di Sumatera serta Jawa. Lewat Dekrit Presiden RI No. 316 Tahun 1959, Presiden Sukarno lantas menetapkan tanggal 22 Desember atau dimulainya Kongres Perempuan Indonesia sebagai Hari Ibu.
Beberapa tokoh yang ada dalam Kongres Perempuan Indonesia antara lain Sdr. Ismudiyati, Sunaryati, Sdr. Sukaptinah, Nyi Hajar Dewantara, R.A. Soekonto, Siti Muji’ah, R.A. Hardjodiningrat, Suyatien, Siti Hayinah, serta B. Murjati.
Demikian sejarah Kongres Perempuan Indonesia yang berlangsung pada bulan Desember 1928. Kongres ini disebut-sebut sebagai cikal bakal atau tonggal awal hari ibu di Indonesia. (DN)