Konten dari Pengguna

Sejarah Kota Tangerang sejak Masa Kolonialisme Belanda

Sejarah dan Sosial
Artikel yang membahas seputar sejarah hingga topik sosial lainnya.
27 Desember 2024 21:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi  Sejarah Kota Tangerang, Pexels/Tom Fisk
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sejarah Kota Tangerang, Pexels/Tom Fisk
ADVERTISEMENT
Sejarah Kota Tangerang sangat erat hubungannya dengan perjuangan Kesultanan Banten melawan kolonialisme Belanda. Nama "Tangerang" merujuk pada daerah yang terletak di sepanjang sungai Cisadane.
ADVERTISEMENT
Daerah tersebut dulunya dikenal dengan nama Untung Jawa. Nama tersebut muncul dari sejumlah peristiwa yang terjadi di masa lalu, hingga akhirnya resmi disebut "Tangerang".

Sejarah Kota Tangerang

Ilustrasi Sejarah Kota Tangerang, Pexels/Tom Fisk
Sejarah Kota Tangerang berawal dari sebuah bangunan tugu yang terbuat dari bambu. Tugu ini didirikan oleh Pangeran Soegiri, putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten.
Mengutip smkrasbatuceper.sch.id, tugu tersebut terletak di bagian barat Sungai Cisadane, yang saat ini diperkirakan berada di wilayah Kampung Gerendeng.
Masyarakat sekitar menyebut bangunan tugu ini "tengger" atau "tetengger," yang dalam bahasa Sunda berarti tanda atau penanda.
Sesuai dengan julukannya, tugu ini berfungsi sebagai penanda pembagian wilayah antara Kesultanan Banten dan pihak VOC Belanda.
Wilayah Kesultanan Banten terletak di sebelah barat, sedangkan wilayah yang dikuasai VOC berada di sebelah timur Sungai Cisadane.
ADVERTISEMENT
Sekitar tahun 1652, penguasa Banten mengangkat tiga orang maulana yang diberi pangkat Aria. Maulana ketiga tersebut adalah kerabat jauh Sang Sultan dari Kerajaan Sumedang Larang, yakni Yudhanegara, Wangsakara, dan Santika.
Mereka diutus untuk membantu perekonomian Kesultanan Banten dengan melawan VOC yang semakin merugikan melalui sistem monopoli dagang yang diterapkannya.
Dalam perjuangannya, ketiga maulana tersebut membangun benteng pertahanan dan membangun pusat pemerintahan kemaulanaan di daerah Tigaraksa yang menjadi basis perlawanan terhadap VOC.
Namun, dalam pertempuran melawan VOC, maulana gugur satu per satu. Aria Santika wafat pada tahun 1717 di Kebon Besar, Kecamatan Batuceper.
Aria Yudhanegara mengembuskan nafas terakhir pada tahun 1718 di Cikolol, dan pada tahun yang sama Aria Wangsakara juga menutup usia di Ciledug. Ia dimakamkan di Kiai Lengkong.
ADVERTISEMENT
Daerah di sekitar benteng pertahanan yang dibangun oleh maulana ketiga ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan istilah "Daerah Benteng." Sebutan ini menjadi dasar bagi nama Kota Tangerang yang terkenal dengan julukan Kota Benteng.
Itulah sejarah Kota Tangerang dengan ceritanya yang panjang dan kompleks, menjadikannya banyak perubahan dari masa ke masa. (Suci)